Minggu, 21 November 2010

Undangan dari FORMOSA






Ditengah haru biru bencana dan kronika politik di tanah air, akhir bulan November 2010 aku terpaksa pergi sebentar ke Formosa memenuhi undangan dari SARCS Taiwan. Ini merupakan kali kedua kunjunganku ke negeri itu. Pada tahun 2003, tujuh tahun lalu aku juga mendapat undangan serupa, bedanya hanya obyek penelitiannya. Bila di tahun 2003 penelitian berfokus di isu kelautan yaitu South China Sea Carbon Cycle yang didanai oleh START Washington melalui kantor regionalnya (SARCS) di Taiwan. Pada tahun 2010 ini isu bergeser ke Perubahan Iklim terkait dengan masalah-masalah kesehatan. Juga bedanya adalh lembaga tempatku bernaung, pada 2003 aku menjadi peneliti tamu di PKSPL-Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan –IPB. Namun tahun 2010 ini aku kembali ke Taiwan sebagai peneliti CIDES.

Poyek penelitian ini bertujuan mengetahui dampak variasi perubahan cuaca terhadap prevalensi serangan nyamuk Demam berdarah di Tangerang serta mengetahui pola-pola perubahan distribusinya karena pengaruh perubahan iklim tersebut.Hasil penelitian lapangan kemudian diperbandingkan dengan citra satelit citra satelit EnviSat-MERIS –Enviroment satellite dan modelling. Saya berharap banyak dari proyek penelitian ini bisa memperoleh 'recognize' serta membawaku kembali ke ilmuku semula sebagai seorang peneliti ilmu biologi lingkungan seperti pernah kupelajari di bangku kuliah di beberapa negara.

Formosa
Taiwan atau Formosa adalah sebuah pulau di Asia Timur. "Taiwan" sering pula dipergunakan untuk merujuk kepada wilayah yang diperintah oleh Republik Cina dan juga kepada Republik Cina itu sendiri, yang memerintah Pulau Taiwan, Pulau Orchid, dan Pulau Hijau di Pasifik sebelah pantai Taiwan, Kepulauan Penghu di Selat Taiwan, serta Kinmen dan Kepulauan Matsu sebelah pantai Fujian, Cina daratan. Kelompok pulau Taiwan dan Penghu (tidak termasuk kotamadya pusat Taipei dan Kaohsiung) secara resmi diperintah sebagai Provinsi Taiwan, akan tetapi dalam prakteknya hampir seluruh kekuasaan pemerintahan dilakukan pada tingkat nasional dan lokal (kotamadya/kabupaten).

Taiwan saat ini juga diklaim oleh Republik Rakyat Cina (RRC) walaupun RRC tidak pernah menguasai Taiwan atau satupun wilayah Republik Cina saat ini yang sering dirujuk sebagai "Taiwan". RRC mendasarkan klaimnya dengan berpendapat bahwa RRC merupakan penerus Republik Cina sejak 1949, dan Republik Cina telah memerintah Taiwan selama 4 tahun dari 1945 sampai 1949. Pulau utama Taiwan, juga dikenal sebagai Formosa (dari bahasa Portugis) (yang berarti "(pulau) yang indah"), terletak di Asia Timur sebelah pantai Cina daratan, sebelah barat daya kepulauan utama Jepang tetapi sebelah barat langsung dari ujung Kepulauan Ryukyu Jepang, dan sebelah barat laut-utara Filipina. Pulau ini dihubungkan ke timur oleh Samudera Pasifik, ke selatan oleh Laut Cina Selatan dan Selat Luzon, ke barat oleh Selat Taiwan, dan ke utara oleh Laut Cina Timur. Pulau ini mempunyai panjang 394 kilometer dan lebar 144 kilometer.

Beberapa tahun belakangan ini, Taiwan mulai terbuka dengan sistem pendidikannya dengan membuka program-program internasional yang sebagian atau seluruhnya menggunakan English sebagai bahasa pengantarnya. Dari tahun ke tahun semakin banyak mahasiswa internasional yang kuliah di sini. Hampir semua jurusan dibuka untuk mahasiswa asing, meskipun ada beberapa matakuliah hanya ditawarkan dalam bahawa mandarin. Bahasa Mandarin dalam hal ini bisa dianggap sebagai momok maupun sebagai opportuniti sebagai competitive advantage. Bahasa Mandarin banyak prediksi diungkapkan kl bahasa ini akan menjadi bahasa kedua seiring berkembangnya bisnis China menjadi raksasa ekonomi dunia, bahkan sekarang udah mengeser Inggris.

Wajib Militer di Taiwan

Pada akhir study tahun 2003 saya berkesempatan untuk mengunjungi beberapa lokasi menarik di Taiwan diantaranya adalah cagar alam Kenting yang terletak diujung pulau. Sewaktu kami menjelajah kawasan hutan pantai, disana tak sengaja saya kepergok dengan sekelompok tentara muda yang sedang latihan menembak dan mengendarai tank. Dari wajah wajahnya saya lihat tak ada kesan seram sama sekali bahkan mereka terkesan ‘main main’ dalam latihan tsb. Sangat berbeda sekali dengan ‘image’ militer di berbagai Negara sangat sangar dan kejam. Memang untuk negeri yang merasa sedang dalam kegentingan dan terancam seperti Taiwan , semua warga Negara yang telah dewasa wajib mengikuti wajib militer untuk mendapatkan pembekalan ketrampilan bela Negara. Dan itu tak harus ditampilkan dengan citra yang seram da kejam, walau mereka tetap terlatih mengoperasikan senjata yang mematikan.

Saat ini Republik Cina mempunyai angkatan bersenjata yang besar dengan tujuan menentang Republik Rakyat Cina di daratan yang masih memerangi Taiwan. Dari pengunduran Taiwan dari tanah daratan pada tahun 1949 hingga tahun 1970-an, misi utama militer adalah 'mengambil kembali tanah daratan'. Dengan keadaannya sekarang, militer Taiwan lebih berfokus pada angakatn udara , ankatan laut daripada angkatan darat

Taiwan (Republik of China), memiliki kekuatan militer yang mencakup Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Sejak kepindahan pemerintahan nasionalis ke Taiwan setelah kekalahannya dengan pihak komunis (1949), Taiwan memperoleh bantuan persenjataan dari Amerika Serikat dan Eropa Barat dalam usaha membendung kekuatan komunis ke selatan. Taiwan memanfaatkan hubungan tersebut dengan memperoleh bantuan teknik dari sistem persenjataan barat sehingga Taiwan memiliki industri militer sendiri yang juga diekspor (meskipun terbatas pada persenjataan ringan seperti amunisi dan senapan otomatis).

Pada tahun 1970-1980-an ketika hubungan diplomatik antara Taiwan dengan Amerika Serikat putus, Taiwan masih tetap mendapatkan persenjataan dan hubungan militer dengan AS meskipun ditentang oleh RRC. Namun Taiwan khawatir hubungan tersebut sewaktu waktu terganggu, sehingga untuk menghadapi RRC, Taiwan berusaha untuk memenuhi kebutuhan militernya sendiri didukung dengan kemampuan industri teknologi tinggi yang dimilikinya. Sebagai contoh Angkatan Udara Taiwan mampu memenuhi kebutuhannya dengan memproduksi pesawat tempur buatan sendiri (sekalipun dengan bantuan teknis kontraktor militer Amerika Serikat seperti General Dynamics) IDF (Indigenous Defense Fighter) Ching Kuo (diambil dari nama presiden Taiwan Chiang Ching Kuo) selain pasokan F-16 dari Amerika Serikat dan Mirage-2000D dari Perancis. Kementerian Pertahanan juga telah merencanakan memesan kapal selam diesel dan baterai anti-peluru dari Amerika Serikat untuk pertahanan, tetapi telah dihalangi pihak Pan-Biru (oposisi Yuan Perwakilan) pada 2005. Terdapat banyak peralatan perang yang telah dibeli oleh Taiwan dari Amerika Serikat di bawah UU Hubungan Taiwan. Pada masa lalu, Taiwan juga telah membeli peralatan pertahanan dari negara Perancis dan Belanda.

Kekuatan militer Taiwan difokuskan untuk bertahan dari serangan terutama RRC, yang saat ini hanya melakukan provokasi-provokasi militer dengan mengadakan latihan gabungan di Selat Taiwan. Meskipun sebenarnya di atas kertas jumlahnya tidak sebanding (Taiwan memiliki 600.000 personel aktif Angkatan Darat sedangkan RRC memiliki 3 juta tentara Angkatan Darat, 4000 pesawat tempur untuk Angkatan Udara RRT dengan 1000 pesawat tempur Taiwan). Bahkan pengamat-pengamat militer RRC selalu sesumbar dengan mengatakan mampu menduduki Taiwan dalam hitungan jam. (Meski kenyataan politik, militer di lapangan tidak selalu benar belum lagi dampak internasional khususnya Amerika Serikat). Pada masa lalu Taiwan diduga memiliki senjata nuklir untuk mengimbangi senjata nuklir RRC karena potensi dan kemampuannya untuk itu.

Republik Taiwan telah melaksanakan program mengurangi anggotanya dari sekitar 430.000 orang pada tahun 1990-an mengikuti kemajuan alat perangnya. Umur minimal untuk menjadi prajurit militer republik ini adalah 18 tahun. Tetapi sebagian program pengurangan anggota ini menunjukkan bahwa sebagian anggota dipindahkan ke badan pemerintahan lain atau industri yang relevan dengan militer. Salah satu rencana sekarang adalah memodernkan militer menjadi tentara profesional pada dekade yang akan datang dan membatasi Wajib Militer menjadi 3 bulan.

Taiwan juga memiliki hubungan militer dengan Singapura. Singapura menempatkan personel militernya di tempat itu karena keterbatasan wilayah yang dimilikinya terutama untuk kepentingan latihan militer (kemungkin di Taiwan Selatan) . Bahkan pemerintah Singapura pada masa PM Goh Chok Tong pernah meminta RRC agar memberitahukan Singapura terlebih dahulu apabila RRC menyerang Taiwan.