Senin, 24 Januari 2011

Fenomena Crop Circle,Bencana Yogya & Kejadian Alam





Fenomena Crop Circle di Sleman mengingatkanku pada Film 'When Universe Collide' di Hongkong Space Museum 1 Des 2010. Didalamnya bercerita Kejadian alam semesta menurut Sains modern disajikan 3-D yang sungguh sangat menakjubkan buatku. Subhannallah. Film ini diawali dari sejarah manusia mengeksplorasi langit sebagai penunjuk arah mata angin dengan bukti bukti arkeologi dengan ornament-ornament geometris seperti 'Circle Crop'yang ditemui di beberapa wilayah di Bumi.

Hingga awal abad ke-20, pandangan umum di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan.
Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang". Seorang fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre pada abad 20 secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang.

Dewasa ini sains mengkalkulasi terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" .

Dalam film juga digambarkan keunikan atmosfir Bumi seperti tergambar dalam Al Qur'an,: "Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32) Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.

Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.

Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Kepergianku ke Hongkong ternyata berbekas sangat mendalam di hati dan pikirannku bukan karena kehebatan kota ciptaan manusia disana dengan gedung gedung pencakar langit dan koleksi aneka produk fashion dan elektronika, tapi malah perenungan tentang kejadian alam semesta. Saya melihat banyak orang asing dan tourist sepertinya berpikiran sama namun mereka pasti tak pernah mempelajari Al Qur'an..sebelumnya. Sehingga di benak mereka mungkin hanya berpendapat bahwa kejadian alam semesta itu hebat dan seperti ada skenario yang diikutinya. Itu saja.

Sepulang dari Hongkong aku pulang kampung dan menyempatkan mampir ke Sleman sekitar baru 2011 mengunjungi handai taulan. Anak-anakku adalah generasi didikan modern yang terkadang menolak semua yang berbau Bencana atau Kesedihan sehingga tak terbersit secuilpun dibenaknya akan hebatnya kejadian Alam di Yogya. Ketika saudara-saudaraku menawari mereka melihat Merapi dari dekat, mereka langsung menolaknya.

Rupanya Allah berkehendak lain, ketika kami bergegas balik ke Jakarta , kami dipaksa melihat ganasnya Lahar Dingin di sekitar Jumoyo Salam Magelang. Peristiwa ini membuatku semakin yakin bahwa fenomena Bencana Merapi di Yogya sungguh peristiwa alam luar biasa..bahkan bagi Mahluk asing sekalipun. Sayangnya ilmu kita belum bisa mencapainya dan menolaknya karena tak masuk dalam pertimbangan rasional kita.