Senin, 15 Agustus 2011

Lafadz ALLAH di gunung Lyngen Alps Norland-Norwegia



Peristiwa ini sebenarnya telah berlalu beberapa tahun lalu, namun sampai sekarang saya masih terus memikirkannya terutama saat bulan Ramadhan seperti sekarang. Saya yakin bahwa apa yang saya alami ini bukan suatu peristiwa kebetulan semata. Begini ceritanya : Sewaktu dalam perjalanan mudik ke Jawa bersama ribuan pemudik lebaran 2007. Siang itu iring-iringan kami sedang terjebak macet di daerah Nagrek-. Tiba tiba telponku berdering, di layar display tampil nomor aneh. Sekilas terdengar seorang berbicara 'dalam bahasa Indonesia 'ditelpon, ternyata seorang perwakilan KBRI di Oslo Norwegia pak Heru Subolo namanya. Beliau menyatakan bahwa ada faksimile Undangan dari Kementrian Pertahanan Norwegia untuk mengunjungi fasilitas Pemantauan Keamanan Laut di kota Bodo Norwegia Utara. Saya diminta segera mempersiapkan diri untuk berangkat segera setelah lebaran. Kami diingatkan oleh KBRI bahwa fasilitas tsb merupakan fasilitas militer dengan pengamanan ekstra ketat. Pihak KBRI Oslo berpesan bahwa mereka tidak bisa menemani selama di Norwegia. Mereka hanya mengingatkan bahwa fasilitas yang akan dikunjungi adalah fasilitas militer dengan penjagaan ekstra ketat. Sebagai syarat Kementrian Pertahanan Norwegia cuma meminta nama dan tanggal lahir saya dan team, tak ada permohonan lain seperti nomor identitas paspor dll.
Dalam sisa perjalanan pulang mudik ke Jawa itu dalam hati saya berkecamuk berbagai pertanyaan, apakah mungkin saya bisa memenuhi undangan tersebut. Mendengar nama kota ’Bodo’ itu saja kami baru pertama kali. Bagaimana cara kesana, berapa biayanya dll.

Lebaran hari ketiga saya dan keluarga segera balik ke Jakarta. Mumpung jalanan masih belum ramai pikirku. Sesampai di Jakarta saya segera mengurus keberangkatan ke Norwegia. Tiket, asuransi perjalanan, dan surat jalan sudah ditangan namun belum ada visa. Sehari sebelum berangkat kami belum pegang visa kunjungan ke Norway atau Schengen countries. Padahal tiket di tangan memaksa kami harus berangkat malam harinya. Pagi pagi saya bergegas mendatangi kedubes Norwegia di kawasan Mega Kuningan. Setelah dimulai dengan perdebatan yang alot, saya ngotot pada petugas visa minta diijinkan menemui sekretaris dubes untuk meminta diberi visa kunjungan ke Norwegia. Setelah saya jelaskan dengan panjang lebar, akhirnya pihak kedubes memberi kami visa kunjungan selama 30 hari.
Tepat pada 18 Oktober pas hari ulang tahunku (sengaja aku merahasiakan hal ini pada kedua rekanku. Tengah malam kami terbang berangkat menuju Norwegia, dengan terlebih dulu transit di Dubai dan kemudian sampai di Frankfurt (kemudian kami mendapat bonus menginap gratis di hotel Sheraton Frankfurt karena penerbangan berikutnya ditunda). Besoknya perjalanan diteruskan menuju Oslo, baru kemudian singgah beberapa hari di Tromso, baru kemudian ke kota Bodo.

Tak seperti kunjunganku pertama kali di kota Tromso yaitu menginap di hotel 'berkelas internasional' di depan pelabuhan Tromso. Kunjungan kedua kali ini aku menginap di losmen yang cukup murah di Sydpissen hotel, dengan tarif 130 USD per-malam, untuk type kamar triple bed. Sydpissen berarti ’ujung selatan’, karena letaknya memang persis diujung selatan pulau Tromso. Sydpissen adalah losmen atau hotel kecil yang sebelumnya adalah barak militer pada masa perang dingin. Kerna jarang dipergunakan lagi untuk tamu tamu militer sesama negara NATO maka barak itupun dipermak menjadi hotel sekelas hotel melati. Fasilitas kamar dihotel itupun sangat sederhana, namun cukup antik dan unik karena perabotannya terbuat dari kayu atau besi. Hotel Sydpissen ini terletak persis diujung selatan pulau Tromso yang berhadapan langsung dengan pantai yang landai. Angin diluar hotel sangat dingin bagi kami ’pendatang dari tropis ini’ karena bulan bulan ini adalah musim peralihan ke musim dingin sehingga cuaca selalu gelap oleh mendung dan hujan. Namun kami memaksakan diri melihat lihat suasana pantai yang terletak persis dibelakang hotel Sydpissen ini.

Tak jauh diseberang pulau di belakang teras hotel Sydpissen, tempat kami tinggal ada Fjord berupa gunung salju yang cukup curam. Pada bulan Oktober ini, adalah musim peralihan dari musim summer ke musim winter. Cuaca cepat berubah, langit selalu gelap oleh mendung, banyak hujan dan salju mulai turun di beberapa lokasi. Berbeda dengan kunjungan pertamaku di kota Tromso ini pada musim summer suasana tampak cerah bermandikan cahaya matahari.

Dalam perjalanan menuju hotel Sydpissen, kami mengitari pulau sementara diseberang laut ada sebuah gunung (setelah kucari namanya ternyata barisan pegunungan 'Lyngen Alps'). Gunung itu menurutku tidak terlalu tinggi sekitar 1,8 km. Dinding gunung itu mulai tertutup lapisan salju, walau sebagian masih terlihat batu batunya yang berwarna gelap. Variasi warna batu dan salju yang kontrast membentuk mozaik lukisan- lukisan alam yang cantik dan indah. Setelah kuamati dengan seksama...Subhanallah .tampak bahwa ornament lukisan salju di gunung itu membentuk kaligrafi raksasa yang sangat kukenal...tertulis di punggung gunung ’Lyngen Alps’ itu lafadz...’Allah’...masyaAlah..Allhu akbar..hati dan bibirku bergetar...dan aku bertakbir dalam hati. Mungkin hari hari itu aku agak sensisitif karena baru beberapa melewati ulang tahunku ke 40.

Bagaimanapun, fenomena alam itu membuatku merasa 'takjub', walau kaligrafi lafadz ‘Allah’ itu mungkin hanya tampak tak terlalu lama karena segera tertutup mendung atau salju, namun berhasil dipotret kawanku seorang Mayor TNI-AU, walau hasilnya mungkin kurang terlalu jelas.
Secara halus aku merasa disapa Allah SWT. Aku merasa fenomena alam itu suatu sapaan atau mungkin juga ’peringatan’ khususnya padaku bahwa usiaku tidak muda lagi, harus lebih rajin beribadah dan beramal.
Suhu sekelilingku berkisar 5 derajad celsius namun angin yang berhembus dari awan awan rendah kutub itu membuat suhu sekeliling menjadi lebih dingin. Wuuuuuzzzz angin dingin...dari awan-awan kutub yang rendah menerpa muka dan tanganku, langsung berubah menjadi lapisan es tipis yang segera mengering...! Allahu..Akbar.Alhammdulillah,.Subhannallah.

Sejak itu saya mulai lebih rajin mempelajari Al Qur'an dibanding sebelumnya. Bila diputar kembali waktu maka kepergianku tsb tepat pada tanggal 18 Oktober 2007saat aku genap berusia 40 tahun. Kemudian sewaktu tiba di Tromso waktu melihat lafadz Allah tsb pada 20 Oktober (10) 2007. Setelah kubuka Al Qur’an kudapati surat 10 yaitu surat Yunus ayat 20 berarti :

10:20. Dan mereka berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya?” Maka katakanlah: ” Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah ; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu". Mungkin semua ini hanya suatu kebetulan menurut orang orang, namun buatku peristiwa ini sungguh peristiwa menakjubkan dalam hidupku.

Demikianlah, sampai sekarang-pun aku masih merenungkan terus apa makna kepergianku ke Norway waktu itu. Saya merasa bahwa kepergianku ke Norway kala itu seperti ada yang mengatur. Banyak hikmah yang kudapat didalamnya walaupun sampai sekarang masih terus saya gali terus maknanya. Rencananya pengalaman-pengalaman perjalananku ke bumi utara ini akan saya tuangkan dalam sebuah buku tersendiri. Tunggu sajalah olehmu..!

Jumat, 05 Agustus 2011

Ziarah Iklim:Migrasi Hewan




Fenomena migrasi hewan, merupakan fakta fenomena alam yang semakin banyak ditemui di berbagai belahan dunia, baik di kawasan tropis, sub-tropis dan bahkan antar lingkaran kutub uatara dan selatan. Beberapa fakta migrasi hewan tsb sempat penulis lihat secara langsung atau tak langsung (menggunakan alat) ketika berkunjung ke beberapa kawasan didaerah tropis, sub-tropis maupun di dekat lingkaran kutub. Migrasi hewan merupakan fenomena perpindahan periodik hewan dari suatu tempat tinggal ke daerah baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali (pulang) lagi ke habitat asal pada waktu tertentu.

Faktor pendorong utama hewan-hewan bermigrasi biasanya pencarian sumber makanan karena adanya kelangkaan atau kekurangan pangan dihabitat asal (karena berbagai sebab). Faktor pendorong migrasi lain adalah mencari lokasi terbaik untuk berkembang biak karena habitat asalnya kurang cocok untuk bereproduksi. Dari pengamatan penulis peristiwa migrasi hewan musiman ini merupakan fenomena alam menakjubkan dan sangat menarik untuk diamati. Bahkan, di beberapa negara fenomena alam ini telah dijadikan komoditi ‘wisata ekologis’ yang mendatangkan devisa cukup besar misalnya migrasi paus Bongkok dan Killer Whale di Norway dan Australia, migrasi burung Elang Alap-alap China di Taiwan atau migrasi Angsa Kanada di Amerika Serikat.

Migrasi hewan biasanya terkait dengan perubahan musim atau ‘waktu biologis’ tertentu terkait dengan perilaku kebiasaan hewan terhadap kondisi alam misalnya posisi bulan terhadap bumi. Ada pula hewan yang mempunyai 'pola migrasi’ yang berhubungan dengan pada pola cuaca atau bencana alam. Migrasi hewan bergantung pada curah hujan atau ketersediaan tumbuhan hijau yang masih segar. Ada beberapa hewan bermigrasi ke daerah utara selama bulan-bulan dalam musim panas. karena pada hari musim panas yang panjang di bagian paling utara dunia dapat tersedia pasokan makanan yang baik. Sementara pada musim gugur dan dingin, banyak hewan bermigrasi ke selatan untuk mencari cuaca hangat di musim dingin dan tersedianya makanan, karena semua sumber makanan di daerah asalnya membeku atau tertutup lapisan es (salju).

Beberapa hewan memiliki waktu migrasi penuh dalam satu tahun, artinya perjalanan pulang dan pergi ditempuh dalam satu tahun. Ada pula hewan yang memerlukan waktu migrasi hingga beberapa tahun dalam satu siklus migrasinya. Para ilmuwan melihat migrasi hewan merupakan sebuah upaya adaptasi ditengah lingkungan alam dan iklim yang berubah. Hewan-hewan yang telah belajar untuk bermigrasi ke lingkungan optimal adalah hewan berhasil survive (selamat) untuk melanjutkan spesies generasi-nya.