Blog ini berisi artikel,wawancara, laporan perjalanan dan aneka pengalaman di berbagai bidang dan wilayah!
Minggu, 25 Februari 2024
Jejak Macan Kumbang di Sekitar Bandara Kediri
Bandara kediri dibangun dilahan seluas 317 hektar dengan Kawasan penyangganya mencapai 600 hektar terdiri atas tanah sawah, tegalan dan bukit bukit berpasir dan berbatu terhampar di tiga kecamatan yaitu Tarokan, Grogol dan Banyakan. Secara administratif tata ruang dan wilayah tersebut di bawah koordinasi BKSDA Wilayah Satu Kediri. Karena terhampar di tanah tegalan berbukit dan marginal serta berbatasan dengan hutan kaki gunung Wilis tersebut tak heran wilayah tersebut dulunya beririsan dengan habitat aneka satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang konservasi di Indonesia. Kawasan hutan di pegunungan Wilis meliputi kawasan Hutan Kritis di Pegunungan Wilis mencapai 15.733 ha dan tersebar di 6 kabupaten, yakni Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, dan Kediri.
Baru baru ini di tahun 2023 warga kota Kediri menemukan hewan liar seperti Trenggiling masuk kota Kediri di daerah Tinalan Kota Kediri. Sebelumnya, pada saat pekerja PT Wijaya Karya Gedung (PT WEGE) berhasil mengamankan seekor Merak hijau jantan yang sedang berkeliaran saat pembangunan bandara, kemudian hewan ini diserahkan ke BKSDA Wilayah Kediri.
Sebagai warga asal Kediri yang tinggal di rantau, tak ada salahnya saya mengajak para generasi muda dan anak sekarang untuk melongok masa lalu dan aneka cerita beragam hayati di sekitar lokasi bandara kediri dulunya. Saya dilahirkan di dusun Pojok, desa Bulusari, kecamatan Tarokan Kediri yang berlokasi persis di sisi utara Bandara saat ini. Bersama teman teman sebaya, dulu kami sering berpetualang di Kawasan perbukitan yang sekarang masuk ke kawasan Bandara Kediri. Kami dan beberapa warga desa yang bersebelahan dengan hutan, sering menjumpai hewan-hewan liar seperti kucing hutan, asu ajak atau anjing hutan, burung besar seperti Elang dan bangau hitam atau bangau Tongtong.
Macan Kumbang atau black panther merupakan mamalia terbesar di hutan kaki gunung Wilis daerah Grogol Kediri yang masih sempat ditemui warga sampai tahun 2005.
Bahkan, ada warga Bernama Slamet (berusia 60 an tahun) yang secara langsung pernah berinteraksi dengan karnivor ini. Dalam penuturannya pak Slamet (60 tahun)“Saya dulu pernah mencari rumput di alas atau hutan sana. Ketemu dengan macan kumbang,” tutur Slamet. Kakek berusia sekitar 60 tahun ini adalah warga Desa dan Kecamatan Grogol. Slamet bercerita, sebelum melihat macan kumbang itu, dia beberapa kali bertemu kucing hutan. Nah, pada saat yang ditemuinya adalah macan kumbang, awalnya dia mengira itu adalah seekor kucing hutan. Baru setelah dia amati dari jarak jauh, binatang itu ternyata macan kumbang.
Pada tahun 2005 silam, Slamet juga pernah menemukan anak macan kumbang yang baru dilahirkan. Dia kemudian sempat membawa pulang. Memasukkan ke kandang, bersebelahan dengan kandang kambing miliknya. Dia juga sempat melakukan tawar-menawar dengan seseorang yang berminat membeli anak macan itu. Ternyata, ketika malam harinya, macan yang dibawa ke rumahnya mengaum-ngaum kecil. Tapi dia tak menghiraukan.
Pada pagi hari, betapa mengejutkannya Slamet. Sebab, empat ekor kambing piaraannya mati dengan luka di bagian leher. Segera saja dia melepas kembali anak macan tersebut ke dalam hutan. “Mungkin karena penciumannya itu (induk macan) sampai ke tempat saya,” kata Slamet.
Macan Kumbang sebenarnya termasuk dalam keluarga Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia. Macan tutul jawa adalah satwa endemik Provinsi Jawa Barat (Saat ini). Macan tutul jawa merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di pulau Jawa.
Dibandingkan dengan subspesies macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil. Subspesies ini pada umumnya memiliki tutul seperti warna sayap kumbang yang hitam mengilap, dengan bintik-bintik gelap berpola mirip bunga yang hanya terlihat di bawah cahaya terang. Hewan ini memiliki dua ragam warna kulit yaitu berwarna terang (jingga) dan hitam (Melanisme) atau lazim disebut macan kumbang. Frekuensi melanisme macan tutul jawa relatif tinggi, dimana hal ini disebabkan oleh satu alel resesif yang dimiliki oelh macan tutul. Rambut hitam macan tutul jawa sangat membantunya dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Macan kumbang betinanya berciri serupa namun berukuran lebih kecil dari yang jantan.
Hewan ini mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Hewan ini juga hidup secara soliter, kecuali pada musim berbiak. Macan tutul ini lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang terdiri dari aneka hewan yang berukuran lebih kecil seperti kijang dan babi celeng biasanya diletakkan di atas pohon setelah berhasil dilumpuhkan.
Sebagian besar populasi macan tutul dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, meski sebaran hewan ini membentang di semua taman nasional di Jawa mulai dari Ujung Kulon hingga Baluran. Selain itu, macan tutul dapat pula ditemukan dan hidup di luar Pulau Jawa, yaitu di Pulau Nusa Kambangan, Pulau Sempu, dan Pulau Kangean. Dikarenakan hilangnya habitat hutan serta penangkapan liar, daerah sebaran dan populasi hewan ini semakin menyusut. Macan tutul jawa berstatus konservasi terancam sejak tahun 2021 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. Macan tutul jawa secara hukum dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No. 5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1990.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar