Minggu, 31 Oktober 2010

Merapi,si Cantik Nan Berbahaya




Haru biru bencana meletusnya gunung Merapi setidaknya mengingatkanku pada masa masa kecil dan masa kuliah di Yogyakarta. Bagaimana tidak, separuh jiwaku sebenarnya berasal dari kaki gunung cantik nan ganas ini. Alamarhum ayahku dilahirkan di kawasan Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta, salah satu wilayah yang terdekat dengan gunung itu. Sampai kinipun masih banyak kerabatku yang tinggal disana. Almarhum kakekku juga pernah bercerita dipaksa mengikuti ‘romusha’ oleh pasukan Jepang menggali gua untuk pertahanan pasukan di punggung gunung Merapi. Antara tahun 1986 s.d 1992 kebetulan juga aku sempat kuliah di kampus biru UGM Yogyakarta mengambil minat Biologi Lingkungan. Jadi menjelajah hutan atau mendaki gunung Merapi adalah menu rutinku hampir setiap semester. Mulai dari KKL-Kuliah Kerja Lapangan mahasiswa sampai menjadi asisten untuk matakuliah Taksonomi.

Gunung Merapi merupakan cagar alam dan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Dari tiga kali upayaku mendaki Merapi hanya sekali aku berhasil mencapai puncak Garuda pada 1991, itupun tanpa berbekal apapun, hanya dompet dan baju hangat (jumper) yang dilengkapi dengan (panchou) penutup kepala. Dipuncak Merapi banyak kawan-kawan pendaki yang baik hati berbagi air minum dan makanan denganku.

Kami menaiki Merapi dari arah Selo setelah sebelumnya tahun 1988 dan 1989 aku tak berhasil mencapai puncak merapi dari arah Kaliurang dan Kinahrejo. Berhasil mencapai puncak Garuda Merapi merupakan kebahagian tersendiri bagi banyak orang. Mereka percaya bahwa keberhasilan mencapai puncak Merapi merupakan indikasi keberhasilan hidup dimasa datang.Wallahu’ Alam.

Sewaktu di puncak Merapi dulu aku merasakan bahwa dinding-dinding gunung yang kami panjat terasa masih lembek dan bau belerangnya sangat kuat. Alhamdulillah kami semua akhirnya bisa kembali dengan selamat. Yang jelas dengan modal keberanianku mendaki Merapi membuatku berani mendaki tempat tempat tinggi atau terpencil di wilayah lain baik di Asia ataupun Eropa utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar