Blog ini berisi artikel,wawancara, laporan perjalanan dan aneka pengalaman di berbagai bidang dan wilayah!
Senin, 04 April 2011
Kampanye Tsunami
Sepulang dari Taiwan awal Desember 2003, semangat ilmu Geomorfology, Coastal management dan Disaster Monitoring masih hangat dalam kepalaku. Semangat itu saya tuangkan kedalam proposal capacity building yang segera disambut baik oleh DR.Jan Henning Steffen, Direktur CSI-Coastal and Small Island program UNESCO dan beliau mengucurkan dana JITF-Japan International Trust Fund –UNESCO untuk program Capacity Building itu bekerjasama dengan BPPT dan LIPI pada Juli 2004. Thema yang diangkat waktu adalah ‘Deteksi, Mitigasi dan Pencegahan Degradasi dan Bencana di Kawasan Pesisir Indonesia’. Workshop ini diikuti oleh peserta dari berbagai instansi terutama Bappeda di Indonesia.
Sukses acara ini adalah mulai memperkenalkan isu mitigasi bencana di kawasan pesisir di Indonesia serta mendapat liputam media nasioal yi KOMPAS dan Jakarta Post. Workshop ini membahas banyak hal termasuk salah satu themanya tentang Tsunami dan Coastal Geology disampaikan oleh Prof.Otto Ongkosongo dan DR.Nany Hendiaty, tentang Satelit Pemantau Kelautan. Para peserta mendapatkan sekilas gambaran aneka problema dipesisir dan pemantauannya baik disebabkan oleh ulah manusia (antrophogenik) ataupun oleh alam. Salah satu peserta workshop ini adalah dari Bappeda Sabang Propinsi NAD.
Sebagai follow up dari workshop dan atas dukungan UNESCO saya berkeliling ke berbagi lembaga meperkenalkan Mitigasi Bencana, namun hasilnya sangat mengecawakan. Berbagai lembaga dan instansi pemerintah itu menjawab bahwa mitigasi bencan bukan prioritas dan taka ada dalam daftar program mereka, jadi tak perlu diprogramkan. Yang membuatku kecewa dan frustasi adalah banyak hal konyol yang dilontarkan oleh berbagai instansi itu walapun tak sedikit dari mereka bergelar ‘Doktor’. Bahwa hal prioritas adalah membekali para pejabat dengan ilmu administrasi sehingga tak ‘masuk penjara’ akibat terjerat korupsi karena ‘mis-administrasi’.
Desember 26, pagi hari itu hari libur dan suasana semua sedang bersantai. Saya duduk duduk nonton TV bersama keluarga, sekilas kemudian METRO TV menyiarkan Breaking News adanya Gempa besar di Aceh yang mencapai 8,9 skala Richter atau lebih. Saya langsung teringat ‘Peringatan Prof.Honjo’ dan menduga bakalan jatuh banyak korban, karena berdasar kalkulasi kekuatan gempa dan populasi masyarakat terdampak sebenarnya bisa langsung dipredisi jumlah korban. MasyaAllah ..ternyata korban tewas dan hilang mencapai 250 ribu orang lebih.
Bencana Tsunami Aceh 2004 membuat pemerintah kita baru tersadar akan pentingnya mitigasi bencana. Sejak itu hampir semua department beramai ramai membuat program tersebut. Terlebih banyak sekali ‘funding internasional’ yang membantu. Namun ada satu hal yang terasa hilang yaitu semangat untuk belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana. Semangatnya hanya semangat mengejar proyek karena Indonesia ‘kebanjiran dana’ terkait dengan isu bencana. Rupanya kelalaian kita karena suatu hal yang tak dianggap penting harus dibayar dengan ‘Sangat-sangat Mahal’. Dan sayangnya aku hanya bisa mononton dan berteriak teriak dari luar podium
bagai supporter sepakbola yang tak digubris karena suaranya lenyap ditelan keriuhan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar