Senin, 04 April 2011

Kisahku dan Tsunami



Bicara Tsunami, sebenarnya aku punya hubungan cukup akrab dengannya. ‘Friday Tsunami’ demikian para ahli Gempa menjuluki gempa besar diikuti Tsunami di Jepang pada Jum’at 11 Maret 2011 yang menewaskan lebih dari 10 ribu jiwa. Bencana ini benar benar diluar prediksi banyak kalangan termasuk para pemerhati Tsunami. Salah satu kesimpulannya adalah kejadian Tsuami besar semakin dekat temponya...bukan hitungan millenium, abad bahkan dekade..hanya hitungan tahun saja. Kejadian bencana itu setidaknya membuatku merinding, karena peristiwa besar ini selalu disiarkan secara ‘live’ berkat kemajuan teknologi, namun sekali lagi kita hanya bisa ‘terbengong’ atau ‘lari tunggang-langgang’ ketika hal ini terjadi.

Mendengar istilah ‘Tsunami’, ingatanku seperti diputar lagi ke masa delapan tahun silam sewaktu mengikuti Fellowships dari SARCS- Geomorfology di Universitas Sun Yat Sen di Kaoshiung-Taiwan November 2003. Dalam Advance Fellowships Course itu diisi oleh para professor terkenal dan dikenal amat pakar dibidangnya. Diantara para nara sumber itu ada 2 professor asal Jepang yaitu Prof.Isao Koike dari Ocean Research Institute University Tokyo dan Prof.Susumu Honjo dari Woods Hole Laboratory Institute sebuah lembaga sains Geofisika di USA.

Dalam kuliah tersebut dibahas berbagai mekanisme Geochemistry-Biogeochemistry di dasar lautan. Dijelaskan pula bahwa hampir semua bentang rupa bumi termasuk ‘Tri-D-Bottom Map’ sudah berhasil dibuat oleh umat manusia, artinya semua rupa Bumi baik di daratan dan dasar laut paling dalampun sudah ada peta geologisnya. Dengan data itu prediksi-prediksi seismic bumi bisa dilakukan dengan cukup akurat terlebih dengan adanya ilmu Modelling dan Simulasi Komputer.

Saya adalah satu diantara 3 peserta dari Indonesia yang proaktif bertanya, menyanggah atau berdiskusi dengan nara sumber dalam advance course tsb, Maklumlah background ilmu Geologiku cuma satu semester. Beberapa Professor itu dengan sabar dan antusias banyak memberi masukan dan mengajakku mengobrol atau menawarkan sesuatu didalam kuliah atau disela-sela ‘lunch’ dan ‘dinner’. Satu hal yang kuingat dengan jelas adalah Peringatan Prof.Koikie dan Prof.Honjo tentang kemungkinan ‘Adanya Potensi Tsunami Besar di Indonesia’.

Beliau juga menawariku apabila berminat boleh mengikuti ekspedisi penelitian ‘Marine Geomorfologi’-nya ke berbagai wilayah di bumi. Salah satu undangan yang saya lewatkan itu adalah Magang di Tsunami Center Hawai dan Expedisi ke Laut Antartika. Waktu itu saya berpikir kenapa seorang ‘environment scientist’ sepertiku tak perlulah terlalu focus pada ilmu geologi apalagi waktu ekspedisinya cukup lama untuk meninggalkan keluarga yaitu minimal 8-14 bulan. Wah bisa mati kaku saya di tempat tempat terpencil itu, terlebih saya tahu dalam ekspedisi itu pasti keselamatan nyawa tak dijamin walau sudah diasuransikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar