Sabtu, 02 Maret 2013

Smog Membekap Jabotabek

Sebagai warga kota besar seperti Jakarta tentunya kita sering terjebak kemacetan lalu lintas. Dalam kondisi seperti itu tentunya anda pernah merasakan gejala - gejala mata pedas, keluar air mata, nafas serasa tercekik, hidung berair serta batuk-batuk terutama sewaktu terjebak macet dibawah terik matahari. Waspadalah karena tanda-tanda itu merupakan gejala atau symptom terpapar polusi ‘kabut ozon’ akibat polusi udara di Jakarta..

Lantas apa itu kabut ozon bagaimana terbentuknya ? Kabut adalah kumpulan tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di udara. Kabut mirip dengan awan, perbedaannya, awan tidak menyentuh permukaan bumi, sedangkan kabut menyentuh permukaan bumi. Sewaktu berada di lingkungan udara terbuka, berbagai polutan dalam senyawa asap (seperti hydrocarbon, nitrogen dioksida dll) yang dimuntahkan knalpot kendaraan bermotor . cerobong pabrik dan pembakaran sampah akan berbaur dengan oksigen dan uap air membentuk kabut asap, yang mencekik dan pedas serta menyebabkan batuk dan merusak paru-paru.

Berbagai polutan dari mobil, industri atau pabrik, pembakaran sampah, uap bensin serta zat-zat hidrokarbon yang terlarut dalam udara (dikenal sebagai VOC-volatile organic compound seperti benzena & senyawa aromatis lain). dalam kabut asap di dekat permukaan tanah itu bereaksi satu sama lain menghasilkan jenis pencemar baru, yang lebih berbahaya. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan bantuan katalisatori sinar matahari (reaksi fotokimia). Senyawa pencemar baru hasil reaksi fotokimia itu dikenal sebagai kabut asap fotokimia (photochemical smog) yaitu pencemar sekunder yang terdiri beberapa senyawa seperti Ozon permukaan, formal dehida, dan Peroxy Acyl Nitrate (PAN). Kabut ozon fotokimia itu sering dijumpai di kota metropolitan. Secara kolektif polusi itu lebih dikenal sebagai ozon permukaan, karena zat itulah yang paling dominan dan paling mudah diukur dengan menggunakan ozon analyzer.

Kabut ozon merupakan polutan sekunder sangat berbahaya, karena bersifat oksidan (atau radikal bebas) yang sangat kuat bahkan bisa digunakan untuk mendisinfektasi pasokan air minum. Kabut asap fotokimia akan terbawa angin atau terjebak oleh lingkungan sekitarnya.

Pembentukan kabut ozon seringkali tidak terjadi di tempat asal sumber (kawasan perkotaan / pusat industri), namun sering terbentuk di pinggiran kota. Salah satu dampak penting yang nyata adalah kabut itu menyebabkan kaburnya pandangan sewaktu di jalan raya (atau jalan tol) serta membahayakan mereka yang menghirup atau terpapar olehnya. Manusia, hewan dan tumbuhan akan mengalami gejala merugikan bila terpapar polutan ini walaupun dengan konsentrasi sangat rendah 0,1 ppm (100 ppb) dalam waktu pendek.

Bencana polusi kabut ozon pernah tercatat sejarah yang dikenal dengan ‘The London Smog’. ‘Smog’ (berarti ‘smoke’-asap dan ‘fog’-kabut-) berwarna coklat kemerahan (disebut ‘pea soup’ karena warnanya coklat kemerahan seperti soup kacang hijau).

Bencana ‘The London Smog’ itu terjadi di London pada Desember 1952. Dalam waktu 17 hari bencana itu menewaskan sebanyak 4.000 orang. Fenomena polusi kabut ozon juga terjadi pada kota-kota metropolitan seperti New Delhi, Los Angeles, Zurich, Manila, Bangkok dan Jakarta dengan jumlah korban meninggal atau sakit yang bervariasi.


Polusi ozon permukaan merupakan paramater penting dalam penentuan kualitas udara diseluruh dunia. Di Indonesia, ozon permukaan merupakan satu dari lima parameter yang diukur selain PM-10, Pb, SO2 dan NO2. Dengan demikian ozon permukaan merupakan indikasi hadirnya pollutan sekunder sebagai dampak meningkatnya emisi NO2 dan hydrocarbon (HC) dari berbagai sumber. Kabut ozon permukaan itu terjadi pada lapisan troposfir (permukaan bumi) sehingga berbeda pengertiannya dengan istilah deplesi ozon (bolongnya lapisan ozon) yang terjadi pada lapisan stratosfir (atmosfer atas).

Kondisi Jakarta

Menurut pengamatan kadar ozon permukaan di Jakarta sejak tahun 1999 sampai 2005 menunjukkan peningkatan (lihat grafik dibawah). Hal itu menunjukkan bahwa program-program pengurangan emisi (khususnya NO2 dan hydrokarbon dan VOC) sebagai precursor atau bahan mentah terbentuknya ozon permukaan (dari transportasi dan industri) belum berhasil alias gagal.

Di Jakarta, kabut ozon foto kimia tampak terlihat jelas ketika kita sedang ‘take off’ dengan pesawat terbang dari Bandara Soekarno Hatta-Cengkareng sampai batas awan terendah.

Berdasar penelitian JICA & Pusarpedal (1999) beberapa kawasan yang rawan pencemaran kabut ozon permukaan adalah Jakarta Utara, Pluit, Pulogadung-Jakarta Timur, terkadang kawasan Jl.Thamrin-Jakarta Pusat. Nilai tertinggi polusi ozon permukaan tercatat di kawasan Puspitek Serpong. Studi lain (oleh Karlsruhe Forchung Centrum-Kemetrian Pendidikan & Riset Jerman bekerjasama dengan CIDES, BPPT dan Bapedal pada 1998-1999) melaporkan bahwa penyebaran polusi kabut ozon permukaan tertinggi mencapai kawasan perkebunan teh di Puncak-Bogor disebelah tenggara Jakarta. Disebelah utara mencapai pulau Damar di kepulauan Seribu.

Manurut pengamatan, kebiasaan pergerakan polusi kabut ozon permukaan adalah pada siang sampai senja biasanya tertiup angin kearah barat daya Jakarta (kawasan Serpong) atau mengarah ke selatan dan tenggara (Jakarta selatan sampai Puncak-Bogor) tergantung arah angin. Sedangkan pada malam hari biasanya terbawa angin kearah utara ke kepulauan Seribu (Pulau Damar Kecil & Damar besar). Pola pergerakan kabut ozon permukaan di Jakarta ini masih sangat perlu diteliti dengan lengkap dan cermat.

Tabel 1.Konsentrasi rata-rata setiap jam Ozon (O3) Baku Mutu MenLH No.Kep.02/MENKLH/1998 & baku mutu PP No.41 tahun 1999

pada beberapa stasiun pengamatan

No

Stasiun

Para

meter

Baku mutu

Melebihi Baku Mutu

Jumlah

Sampel

1

Serpong

Ox

100 ppb

80 ppb

96

228

8000

2

Pulogadung

O3

10

18

3710

3

Pluit

O3

5

17

7318

4

Thamrin

O3

0

8

7608

5

KPPL-

Ox

2

12

8002

Sumber: Studi JICA-Pusarpedal,2000

Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa perbandingan konsentrasi ozon (O3) atau Ox dengan baku mutu Kep.Men.LH No. Kep.02/MENKLH/1988 dan baku mutu Nasional adalah konsentrasi ozon melebihi kedua baku mutu tsb paling sedikit 1 jam di stasiun Pulogadung, Pluit dan Thamrin. Sementara untuk Ox melebihi baku mutu Kep.02/MenKLH/1988 sebanyak 96 jam dan melebihi baku mutu nasional sebanyak 228 jam dari sejumlah 8000 sampel di stasiun Pusarpedal-Serpong dan konsentrasi Ox melebihi baku mutu 2 jam dan 12 jam di stasiun KPPL-Jakarta Selatan.

Sumber: Diolah dari data BPLHD DKI Jakarta (2006)

Tabel 2. Pollutan utama pembentuk kabut ozon fotokimia

No

Pollutant

Sumber utama

Dampak kesehatan

1

Nitogen Oksida

(N0x)

Emisi kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil, boliler, Power plant, industri bahan peledak, industri pupuk, pembakaran kayu & sampah

Iritasi saluran pernapasan, sakit kepala (pusing-pusing), pulmonary emphysema, edema paru-paru,lacrymatory effect, hilang nafsu makan, korosi gigi

2

Oksidan

(ozon) (03 )

Berasal dari reaksi fotokimia yang berasal dari VOCs & NO2

Menurunkan fungsi paru-paru,

Bereaksi imflamatori pada paru-paru

Meningkatkan gejala ISPA

Meningkatkan biaya kesehatan & biaya rumah sakit,

Meningkatkan kematian, Menurunkan perkembangan paru-paru pada anak.

Sumber:S.S.Dara Environment Chemistry & Pollution Control,S.Chand & Company LTD

Tabel 3. Baku mutu udara ambient untuk NO2 dan Oksidan (Ozon)

di DKI Jakarta berdasar Keputusan Gubernur No. 551/2001

No

Para

Meter

Waktu

Pengukuran

Baku Mutu

Baku Mutu

Pembanding

1

Nitrogen diosida (NO2)

1 jam

24 jam

1 tahun

400 ug/Nm3 (200 ppb)

92,5 ug/Nm3( 5 ppb)

60ug/Nm3(30 ppb)

100ugr/m3(50 ppb)

2

Oksidan (O3)

1 jam

1 tahun

200 ug/m3 (100 ppb)

30ug/m3 (15 ppb)

80 ppb,1 jam, USEPA),

90 ppb,1 jam (Eropa)

Sumber : Peraturan Gubernur DKI 2/2005 & USEPA (2004)

Angka rata-rata maksimum ozon permukaan di stasiun BMG Jakarta. 100 ppb (atau 200 ug/m3) (0,1 ppm) bahkan sekarang dibuat lebih tinggi lagi yaitu 235 ug/m3 atau sekitar 117,5 ppb. Sementara standar Eropa lebih ketat, apabila kandungan ozon permukaan melebihi 180 µg/m³ (90 ppb). Nilai ambang batas untuk lapisan ozon permukaan adalah 100 ppb (0,1 ppm).

Di Eropa dan Amerika Utara (AS dan Kanada) jauh lebih ketat, apabila kandungan ozon permukaan melebihi 180 µg/m³ (90 ppb) selama satu jam maka masyarakat sudah diperingatkan untuk menghidari aktivitas diluar rumah karena kadar tersebut menyebabkan iritasi mata dan infeksi saluran pernapasan. Kandungan ozon permukaan tinggi juga akan merusak tumbuhan.

Sumber : Diolah dari data BPLHD DKI Jakarta (2006)

Berdasar grafik diatas pola polusi ozon di Jakarta meningkat pada musim-musim penghujan yaitu mulai pertengahan Agustus sampai pertengahan November. Salah satu penyebabnya adalah pada rentang waktu itu intensitas sinar matahari tinggi serta kadar uap air (kelembaban) di Jakarta sedang tinggi sehingga pembentukan ozon permukaan lebih intensif.

Dampak Ozon

Secara alamiah konsentrasi gas ozon dalam atmosfer sangat kecil (sebagai trace gas/gas kelumit) dan merupakan hasil dari proses dekomposisi dari organisme mati. Bersama dengan oksida nitrogen dan gas hidrokarbon akan menimbulkan reaksi fotokimia di udara menghasilkan ozon. Karena ozon lebih rendah lagi daya larutannya dibandingkan SO2 maupun NO2, maka hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh.

Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan oksidan fotokimia pada kadar 200-500 µg/m³ dalam waktu singkat dapat merusak fungsi paru-paru anak, meningkat frekuensi serangan ashtma dan iritasi mata, serta menurunkan kinerja para olahragawan.

Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bulan terus menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman bernilai ekonomis seperti tanaman perkebunan (teh, kopi), sayuran dan tanaman sawah (Jagung, padi dan palawija).

Ozon (O3) mengakibatkan gangguan proses asimilasi pada tumbuhan. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi kekuning-kuningan.

Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan dari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jenis tanaman.

Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Pada konsentrasi tinggi (0,3 ppm atau 300 ppb) kabut asap fotokimia akan menyebabkan iritasi mata, pada konsentrasi sedang menyebabkan kerusakan tanaman yang ditandai dengan pemucatan warna daun (karena khlorofil mengalami lisis) serta pada konsentrasi rendah mengurangi jarak pandang (visibility reduction).

Dampak ozon pada tumbuhan tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi.

Tabel. 4. Pengaruh berbagai pencemar oksida pada lingkungan

Material / lingkungan

Akibat

Bahan pencemar

Faktor lain

Zat warna (cat)

Pucat, hilang warna, pengelupasan

NO2, bahan oksida, SO2

Kelembaban, sinar matahari, mikro-

organisme

Karet

Pecah-pecah/retak, melunak, pelapukan

Ozon dan oksida nitrogen

Sinar matahari

Tanaman

Tepi daun menghitam, menguning, daun rontok

SO2 dan NO2

Sinar matahari, kelembaban, suhu

Ternak

Produktivitas turun, stress, keracunan, necrosis, kematian

Arsenik, timbal, flour, SO2, NO2.

Kelembaban, suhu, sinar matahari

Sumber: Diolah dari Emil T.Chanlett: Environment Protection’ Mc Graw Hill-Kogakusha-Tokyo LTD,1973 & S.Dara : Environment Chemistry & Pollution Control,New Delhi : 1998.

Upaya Pencegahan

Faktor utama untuk mengurangi dan mencegah pencemaran ozon adalah dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil (BBM dan Batubara). Karena Indonesia termasuk Jakarta memiliki iklim tropis penguapan VOC dalam bensin (biasa disebut “uap bensin”) perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat VOC sangat berpotensi sebagai senyawa awal (precursor) terbentuknya ozon terutama di kawasan yang memiliki populasi kendaraan yang padat.

Penanganan yang bisa dilakukan untuk pengendalian kebocoran VOC ke udara adalah dengan pemakaian dispenser dilengkapi fasilitas pompa vacuum penyedot VOC untuk dikembalikan kepada tangki penampungan BBM, serta pemakaian canister yang terhubung dengan tangki bensin pada kendaraan yang dilengkapi dengan carbon aktif. Demikian juga pengisian bahan bakar (refueling) sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau malam hari untuk menghindari penguapan VOC karena pengaruh panas matahari.

Upaya lain adalah mempertegas penerapan standar emisi dan kualitas kendaraan baik untuk kendaraan 2 tak maupun 4 tak. Demikian juga, untuk dapat mengakomodasi tuntutan emisi yang lebih bersih dibutuhkan bahan bakar yang lebih bersih. Pemerintah, dalam hal ini harus memberlakukan spesifikasi BBM yang baru, yang telah melewati berbagai proses diskusi dengan para ahli, pihak otomotif serta berbagai stakeholder lainnya.

Dalam spesifikasi tsb, untuk bahan bakar bensin harus ditambahkan aturan tentang kandungan benzene, aromatic, belerang, tekanan uap (Volatile Organic Compounds: VOC), olefin dan oxygen. Benzene di yakini bersifat carcinogen; aromatic diyakini sebagai sumber ozon dan memungkinkan berubah senyawa menjadi benzene dalam reaksi pembakarannya dan meningkatkan emisi benzene; belerang sangat berpengaruh negatif terhadap kinerja catalytic converter; tekanan uap (VOC) menentukan penguapan bahan bakar saat penyimpanan ataupun saat pemindahan bahan bakar dari tangki ke tangki (refueling process) lainnya, sedangkan olefin merupakan sumber ozone; sementara oxygen yang terkandung dalam bahan bakar akan mempengaruhi kandungan energi serta berpengaruh pada kompatibilitas komponen mesin yang dipakai.

Komponen yang paling utama dalam mengurangi atau mitigasi polusi adalah pemakai kendaraan bermotor itu sendiri, efisiensi pemakaian BBM harus lebih ketat dan tegas mengingat keterkaitannya dengan beban polusi dan beban subsidi. Tak kalah penting adalah penegakan berbagai aturan yang terkait degan transportasi karena semua hal diatas tak ada artinya tanpa penegakan hukum dan kesadaran masyarakat dan pemerintahnya.

Tol Baru & Polusi

Hadirnya rencana pembangunan 6 ruas jalan tol baru di Jakarta menimbulkan kekhawatiran baru akan meningkatnya probabilitas paparan polusi udara terutama kabut ozon permukaan.

Ruas-ruas jalan tol yang dibangun tinggi diatas tanah akan menghalangi aliran angin atau berfungsi seperti perbukitan. Dengan adanya ruas tol yang tinggi tsb kabut asap fotokimia atau ozon permukaan tsb akan terjebak atau minimal tertahan di sekitar ruas jalan tol tsb. Dengan kata lain pembangunan ruas tol baru akan menciptakan ‘smog trap atau haze trap’ yang membuat warga Jakarta akan semakin terpapar oleh berbagai polutan yang terkandung dalam polusi udara.

*Direktur Kajian Energi,Kelautan dan Lingkungan CIDES

(Alumni Exchange Program Institute fur Meteorologie & Klimaforchungs Karlsruhe Forchungszentrum-Germany 1999

& Alumni LIFE Academy-Swedia 1999-2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar