Kamis, 01 Mei 2014

Polusi dari Letusan Gunung Api..

Dari sisi geografis teritorial Indonesia terhampar pada ’ring of disaster’, berupa pertemuan dua lempeng benua Euroasia dan lempeng Indo-Australia, serta sabuk gunung api ‘Circum Pacific’ dan ‘Circum Mediterrania’ yang potensial menjadi sumber bencana tektonik dan vulkanik serta tsunami. Pendek kata, apabila kita tidak siaga bencana serta mengelola dan mempersiapkan pengelolaan sumber daya maka semua potensi alam diatas bisa berubah dari ‘eco-tourism’ manjadi ‘eco-tragedy’. Mengubah ‘wisata alami’ menjadi ‘wisata bencana’ akibat kehancuran asset pembangunan karena mis-management atau bencana alam. --- Tak sampai Seminggu, letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara segera disusul Gunung Kelud di Jawa Timur, Kamis (13/2/2014) malam. Letusan gunung api ‘type kubah lava pyroklastik’ itu mencapai ketinggian 17 kilometer menyemburkan jutaan meter kubik material berbahaya menyebabkan penutupan sejumlah bandara dan membatalkan ribuan penerbangan. Letusan Kelud menyebarkan sejumlah material menimbulkan polusi udara serta merusak ribuan rumah dan sarana infrastruktur lain. Tiga unsur utama dalam letusan gunung yi: nitrogen, sulfur dan mineral. Apabila gunung api meletus secara berturut-turut akan mengemisikan NOx,SOx dan ROx (partikulat) yang langsung berdampak menurunkan kualitas udara sangat parah. Adanya emisi partikulat dan aerosol mengandung SOx, NOx dan debu (partikulat) (fly ash dan bottom ash) tergolong limbah B3 bahan beracun dan berbahaya dalam bentuk. debu/partikel, sulfur dioksida, nitrogen oksida , dan hujan asam. Dampak lanjutannya yaitu jatuhan partikel (fall out) akan menurunkan kualitas air, menurunkan tingkat kesehatan masyarakat serta menyebabkan matinya ribuan organisme air seperti ikan, berudu, katak dll. Pasca letusan gunung menimbulkan aneka dampak lingkungan dan kesehatan meluas. Material berupa : Debu/partikel Asap, abu terbang (fly ash), debu dan lain-lain adalah emisi gunung berbentuk aerosol padat dan cair di udara dengan ukuran yang berbeda. Partikel dalam bentuk suspensi mempunyai ukuran 0,0002 – 500 mikron dan partikel dengan ukuran ini akan bertahan pada bentuknya sekitar beberapa detik sampai satu bulan, nilai pencemaran ini dihitung sebagai TSP (Total Suspended Particulate, jumlah partikel tertahan). Keberadaan partikel di udara dipengaruhi oleh kecepatan partikel yang ditentukan oleh ukuran, densitas serta aliran udara akrena hembusan angin. Partikel di udara ini akan mengotori berbagai benda, menghalangi pandangan/sinar serta membawa gas-gas beracun ke paru-paru. Sulfur dioksida (SO2) Gas Sulfur Oksida (SOx) terdiri 2 jenis gas tidak berwarna yaitu gas Sulfur Dioksida (SO2) dan Sulfur Trioksida (SO3). SO3 merupakan gas sangat reaktif. Letusan gunung identik dengan proses proses pembakaran mengeluarkan gas SO2dan SO3 dan sebagian besar gas yang terbentuk adalah SO2. Pembentukan gas SO3 akan tergantung pada temperatur jumlahnya berkisar antara 1 – 10 persen dari total SOx. Nitrogen Dioksida Letusan gunung juga menyebarkan polusi NO2. Nitrogen dioksida (NO2) meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, mengganggu paru-paru, menyebabkan oedema, bronchitis dan pneumonia, dan menyebabkan serangan asma. Hujan Asam Dampak letusan gunung api lanjutan adalah hujan asam. Endapan hujan asam di Indonesia dimonitor oleh Pusat Pengelolaan Lingkungan (EMC), Kementerian Lingkungan Hidup, sejak 1998, melalui pengambilan contoh secara terus menerus dari endapan basah dan kering. Tingkat pH rata-rata dalam curah hujan untuk tahun 1998 adalah 4,8 untuk 10 kota di Indonesia, yang menyatakan suatu peningkatan keasaman dari tingkat-tingkat tahun 1996 sebesar 5,5. Hujan yang mempunyai pH lebih rendah dari 5,6 dianggap “hujan asam”. Saat ini 10 kota mempunyai tingkat pH lebih rendah dari 5,5, tingkat yang paling asam ditemukan di DKI Jakarta, diikuti oleh Surabaya dan Bandung. Hujan asam merupakan hasil dari ion nitrat dan sulfat yang membentuk asam sulfur dan asam nitrat dalam air hujan. Sumber dari nitrat dan sulfat adalah emisi bahan pencemar udara. Konsentrasi Nitrat (NO3) dalam air hujan antara tahun 1996 dan 1998 adalah tertinggi di Bandung (3,0 mg/L), DKI Jakarta (2,3 mg/L), dan Surabaya(1,2 mg/L). Konsentrasi rata-rata sulfat (SO4) dalam air hujan selama periode tersebut adalah juga tertinggi di Bandung (3,5 mg/L).
Hujan asam menyebabkan tanah menjadi asam sampai tercapai suatu tingkat yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Kerusakan langsung terhadap tanaman disebabkan oleh endapan hujan asam, nitrat dan sulfat pada daun-daun tanaman. Pengaruh lain dari bagian hujan asam akibat polusi udara dari gunung meletus termasuk berkurangnya pH di sumur penduduk, danau dan sungai sehingga menyebabkan matinya berbagai organism air. Sehingga menyebabkan kerugian ekonomi sektor pertanian dan perikanan sangat besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar