Blog ini berisi artikel,wawancara, laporan perjalanan dan aneka pengalaman di berbagai bidang dan wilayah!
Rabu, 28 Juli 2010
'Eagle Safari' di Nordland
Salah satu 'wisata ekologi' menarik di Nordland dan Central Norway adalah Eagle safari, menonton Elang laut sedang berburu mangsa di laut. Lokasi bagus untuk wisata ini adalah di kawasan Lofoten, pulau Hitra dan Froya sebelah utara kota Bodo.
Elang laut Norway dikenal sebagai elang berekor putih (Haliaeetus albicilla) merupakan salah satu burung raksasa dengan rentang sayap mencapai 245 cm (lebih dari 8 kaki) dan tinggi badan mencapai hampir satu meter. Jenis elang ini sudah punah di Britania pada awal 1900-an, dan perlu waktu lama untuk upaya re-introduksi, sementara di Skotlandia, populasinya sangat langka. Mangsa Elang Ekor Putih diantaranya Ikan, burung laut dan itik, di Brittania dilaporkan dia memangsa ayam, kelinci dan terkadang anak domba, karenanya menjadi sasaran tembak para gamekeepers.
Ketika berburu elang berekor putih lebih memilih untuk mengintai terlebih dulu dari udara atau tempat bertenggernya. Apabila dia merasa sudah siap, segera kemudian menyambar dan memetik ikan dari permukaan air tanpa menjadi basah. Para elang laut juga mengais bangkai atau terbang menjelajahi garis pantai untuk mengincar mangsa dan terkadang dia mencuri makanan dari burung lain, seperti osprey dan hewan, seperti berang-berang dan kelinci. Kebutuhan makan Elang laut mencapai 0,6 kg daging perhari. Walaupun elang ekor putih adalah pemburu kurang aktif dibanding Golden Eagle, namun dia lebih tahan lapar karena usus mereka lebih lama dan lebih efisien sistem pencernaan, bisa hidup lebih baik dengan lebih sedikit makanan.
Sarang Elang laut adalah bangunan besar dari dahan pohon atau di tebing pesisir. Burung ini termasuk mahluk setia pada wilayah mereka, setelah mereka berkembang biak, sarang sering digunakan kembali, kadang-kadang selama beberapa generasi elang; Salah satu sarang di Islandia telah digunakan selama lebih dari 150 tahun. Di Skandinavia, ada pohon yang rubuh karena menyangga sarang elang yang sangat besar dan berat.
White-tailed Eagles adalah predator puncak. Oleh karena itu, mereka cenderung mengalami bioakumulasi dari polusi lingkungan dalam tubuh mangsa mereka, dan juga menderita penganiayaan intensif oleh gembala dan gamekeepers yang menganggap mereka sebagai sasaran tembak. Selama periode 1800-1970, Eagles White-tailed di sebagian besar Eropa mengalami penurunan dramatis, dan menjadi punah di banyak daerah di Eropa barat, tengah dan selatan. Sementara Norwegia, Jerman, Polandia, dan Islandia menyimpan populasi terbesar yang masih hidup, kantong-kantong mereproduksi pasangan tetap di beberapa negara lain tindakan konservasi Intensif banyak di seluruh rentang distribusi sisa Eropa (perlindungan hukum). Untuk mengurangi perburuan, perlindungan situs pembiakan , dan musim dingin makan) menyebabkan pemulihan populasi lokal.
Sejak tahun 1980-an, populasi White-tailed Eagle di Eropa mulai pulih, dan menyebar ke seluruh Eropa barat. Study arkeologi di Orkney, ditemukan tulang elang laut telah ditemukan pada makam berusia 4000 tahun. Hal ini menyimpulkan bahwa burung-burung Elang telah memperoleh kedudukan terhormat pada masa manusia prasejarah. Keyakinan ini diperkuat dengan adanya ‘ukiran batu Pictish’ bergambar elang laut dari Orkney.
Studi DNA melalui mikrosatelit dan mitokondria dalam Eagles White-tailed dari Eropa Utara-dan tengah telah menunjukkan bahwa penduduk Eropa berhasil memulihkan populasi elang laut sehingga tetap memiliki jumlah keanekaragaman genetik. Hal itu menyiratkan risiko rendah depresi kekerabatan. Oleh karena itu, pemulihan spesies Elang Ekor Putih ini yang sebelumnya terancam adalah kisah kesuksesan sejati untuk konservasi alam sekaligus mendatangkan devisa bagi penggemar wisata ekologi ‘bird-watching’..
Selasa, 27 Juli 2010
NPC-National Picture Compilation
Salah satu 'kuliah praktik' yang paling menarik dan berkesan yang kami alami adalah ketika berhasil memperoleh ilmu 'reconaisance' atau 'surveillance' di markas pemantauan laut Norway Coast Guard di wilayah Bodo Nordland. Terletak beberapa ribu meter di dalam bukit batu dan di dalam bumi, Reitan-Bodo Nordland, RHQNN-Regional Head Quarter North Norway merupakan pusat komando NATO di Norwegia yang bertugas melakukan pengawasan terhadap wilayah Norwegia yang berbatasan dengan Rusia, baik darat, laut maupun udara. Coastguard Norwegia (kystvakt) berada dibawah komando angkatan laut Norwegia, sehingga operation room mereka dikendalikan oleh militer (khususnya laut dan udara).
Untuk memantau keamanan laut, udara dan darat secara komplit dalam selama waktu 24 jam/selama 7 hari diperlukan beberapa system monitoring yang terpadu untuk dapat melakukan pengawasan wilayah secara optimal, seperti radar coastal, airborne surveillance dan maritime surveillance hingga satelite imagery.
Kemudian berbagai citra sensor tersebut dipadukan (overlay) pada suatu ’wall display’ untuk membentuk sebuah National Picture Compilation, yang menggambarkan kondisi aktual dan real time pola pola pergerakan (lalu lintas) kapal/pesawat dan bahkan pergerakan bawah air (kapal selam dll) diseluruh wilayah yang menjadi kedaulatan suatu negara.
Sebagai suatu system NPC ini pada dasarnya terdiri atas beberapa organ diantaranya ; pertama, jaringan radar pantai, kedua, jaringan pemantauan radar kapal, jaringan pemantauan radar pesawat (AEW-Airborne Early Warning atau airborne surveilance dengan wahana Eagleye atau AWACS), AIS/LRIT network. GMDSS, dan Satellite Observation berupa citra AIS, Radar maupun Citra optis. Singkatnya NPC adalah gabungan gambar yang dicitrakan ribuan pasang mata baik di darat, laut dan udara yang ditampilkan pada sebuah layar besar di pusat komando ataupun 'situation room' suatu negara baik itu di ruang kepresidenan atau markas besar angkatan bersenjatannya..!
Lunch di Bunker NATO
Di dalam markas RHQNN kami belajar tentang NPC-National Picture Compilaion mulai pagi sampai siang. Tibalah waktu makan siang, kami diajak keluar dari ruang command center RHQNN dan memasuki lorong gua. Di lorong-lorong gua itu saya sepintas mengamati dindingnya banyak dihiasi souvenir/cindera mata dari sesama angkatan bersenjata negara lain, Sepintas kulihat tak ada satupun dari ASEAN...apalagi dari Militer Indonesia. Kemudian naik 2 tingkat dengan tangga besi.
Sudah bisa kupastikan bahwa aku akan tersesat dalam lorong lorong gua itu apabila tidak dipandu oleh mereka. Kemudian kami masuk ke ruangan cukup luas yang berfungsi sebagai ruang makan/kantin yang cukup lebar.
Menurut CDR.Helges hari ini kantin menyuguhkan menu ‘istimewa’ makanan Asia, karena mereka kedatangan tamu dari kawasan tropis Asia. Seperti mie, nasi dan buah buahan. Juga menu standar seperti roti tawar/bakar selai strobery atau coklat.
Sambil menyantap makan siang itu pikiranku melayang dan menduga duga berbagai hal terutama bagaimana fasilitas dalam gunung ini memperoleh pasokan energy/listrik yang pasti mencapai beberapa megawatt, kemudian bagaimana sistem ventilasi udaranya dsb-dsb. Menurut CDR Helges apabila meletus perang Nuklir mereka bisa bertahan di dalamnya sampai minimal 6 bulan sampai dua tahun.
Ditengah kami menyantap makan siang, tiba tiba kami di kunjungi oleh seorang yang kelihatannya berpangkat sangat senior. Kemudian beliau menyalami kami dan memperkenalkan diri sebagai ‘Mr.Trond Gryting’. Beliau menanyakan beberapa hal seperti apakah kami baik baik saja selama di Norway, pakah kami bisa belajar sesuatu dari fasilitas tsb dsb. Dalam hati kecilku, aku menebak nebak bahwa pangkat senior ini pasti yang tertinggi difasilitas itu. Karena CDR Helges pun sangat menaruh hormat padanya. Kami berbincang-bincang cukup akrab sambil menyantap makan siang, kebetulan aku dulu tahun 1999 pernah sekolah di LIFE Academy Karlstad Sweden jadi banyak bisa mengimbangi pembicaraan dengan mereka tentang Skandinavia.
Beberpa saat kemudian, Mr Trond pamit, titip salam untuk atasan kami di tanah air dan mempersilakan kami bertanya pada staff atau anak buahnya disana.
Setelah beliu pergi saya bertanya ke CDR. Helges, siapa sebenanya ‘Mr.Trond’ kami diberi tahu bahwa dia adalah Rear Admiral Trond Grytting, panglima AL Norway wilayah utara sekaligus-panglima NATO wilayah Eropa utara.
Khabar terakhir awal April 2010 ini Laksamana Muda Trond Grytting pindah tugas ke Washington sebagai atase militer Norway-NATO di ibukota USA.
For Your Eyes Only
Salah satu doktrin statement petinggi RHQNN yang melekat di kepalaku adalah statement diatas. ‘Please note and remind of all the memory and anything you see in your mind.’
demikian prinsip yang harus kupegang sebelum masuk ke fasilitas RHQNN.
Semenjak seleseinya ‘cold war’ –perang dingin dengan pihak pakta Warsawa, berbagai fasilitas nuklir pakta NATO yang sebelumnya digelar sebagai antisipasi persiapan perang Dunia 3 segera dipindahkan/dihancurkan atau disembunyikan’ disuatu tempat yang tersembunyi.
Didalam bunker RHQNN, ada banyak ruangan di markas RHQNN yang tak ditunjukkan kepada kami seperti ‘NATO Room Class-1’ dan ‘NATO Room Class-2’ sementara NATO Room Class 3 adalah berisi produk-produk komersial dibidang militer dan defense yang telah dilansir dan dipasarkan di negara negara dluar anggota NATO.
Masih segar dalam ingatanku waktu masih usia SD pada tahun 1980-an yaitu perlombaan aneka senjata nuklir dan misile antar benua seperti rudal SS milik pakta Warsawa dan rudal ICBM –Inter continental Balistic Missile milik NATO…Lalu dimana atau apakah berbagai senjata dan sistem pengendalinya itu telah dimusnahkan atau dpindahkan semuanya. Saya tak 100 % percaya akan hal itu.
Satu hal prinsip yang kupercayai adalah janganlah kita gampang percaya dengan apa yang tampak oleh mata kita. Karena mata kita gampang sekali ditipu atau dikelabui oleh obyek obyek kamuflase. Itulah yang menjadi prinsip perang modern. Saat ini obyek apapun dimuka bumi ini akan mudah dipantau atau dikenali oleh satellite observasi bumi –Earth Observation Satellite’ atau sering disebut sebagai ‘Spy Satellite’ adalah ‘eyes’ in the sky yang tak kita miliki sampai kini. Sementara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura dan Thailand telah lebih dulu mewujudkannya. Siapa yang kaya informasi, atau pintar mengelabui musuh akan menang.
Berkaca dari fasilitas RHQNN, saya sedih dan prihatin kejadian sebaliknya terjadi di negeriku. Simbol-simbol negara malah digelar dan dipertontonkan untuk menakut nakuti rakyat sendiri dengan berbagai issue seperti terorisme. Sementara dengan pihak asing kita gampang sekali bertekuk lutut tanpa perang. Para pemegang kuasa lebih percaya pada sumber sumber asing yang bermaksud buruk dengan kedok ‘investasi’ Sementara para ahli kita yang pintar dan banyak ilmu memilih minggir karena tak didengar suaranya. Banyak rahasia kekayaan negara yang tersimpan di bumi dan didasar laut telah diketahui oleh pihak asing dan telah diupayakan untuk dikuasai dengan berbagai cara walau harus mengubah berbagai peraturan-perundangan undangan di sini.
Markas RHQNN
Esoknya, pagi-pagi sekitar pukul 06.00 kami sudah bersiap dan sarapan di restoran hotel Rica-Bodo. Omelet dan roti bakar coklat dan orange juice adalah menu sarapan yang cocok dengan lidahku kalau sedang pergi keluar negeri.
Sekitar pukul 07 kami telah siap berangkat menuju Reitan dengan naik mobil Audi A6 Wagon yang disewa kawan dari TSS. Sepanjang jalan hujan rintik rintik dan indikator suhu menunjukkan suhu sekitar 10 derajad. Didalam mobil udara terasa hangat karena mobilnya memiliki system penghangat ruangan. Cuaca sedang hujan rintik-rintik, indikator suhu mobil menunjukkan suhu sekitar 10 derajat Celsius.
Pangkalan pemantauan laut (RHQNN-Regional Head Quarter North Norway) Reitan terletak sekitar 25 kilometer diluar kota Bodo, di desa kecil Reitan. Dari luar fasilitas militer itu terlihat biasa saja, disana sini banyak semak belukar yang dibiarkan tumbuh liar. Pintu gerbang hanya dijaga seorang tentara, setelah berkomunikasi dengan atasannya mobil kami dipersilahkan masuk dan parkir.
Dalam suasana dingin dan hujan rintik-rintik muncullah sesosok yang sudah saya kenal sebelumnya, Comander-CDR Helges Berheusen dengan memakai jas hujan warna biru. Dengan tersenyum ramah perwira itu menghampiri kami. Kawan saya Mayor TNI AU ‘Abdullah’ sempat terheran-heran karena seorang pejabat perwira menengah militer mau menyambut kami walau suasana cuaca tidak bersahabat. Setelah saling memperkenalkan diri kami diajak berjalan-jalan mengelilingi kompleks RHQNN camuflase.
Dijelaskan oleh komander Helges bahwa seluruh fasilitas diluar (ada beberapa gedung bertingkat dengan mobil terparkir didepannya) kurang terpakai karena markas mereka yang sebenarnya ada di dalam gunung batu granite di balik bukit sekitar 2 km dari tempat parkir tsb. Kami segera berjalan menuju kemarkas mengikuti CDR Helges.
Pintu gua markas RHQNN terlindung oleh tumpukan batu kali setinggi sekitar empat meter dengan ketebalan sekitar tiga meter dengan formasi huruf L, pintu gua ditutup oleh pintu besi yang bisa terbuka secara otomotis.
Setelah mendapat kartu kunjungan kami, dipersilakan masuk. Semua barang bawaan kami, kamera, hand-phone dsb harus ditinggalkan di tempat khusus yang tersedia di pintu masuk markas.
Dari pintu gua ini kami harus berjalan lagi sejauh sekitar 1,500 meter masuk kedalam gunung, lantai sudah beraspal dan dinding gua bercat putih sehingga terkesan cerah.
Karena latarbelakangku bukan militer, maka fisikku kurang terlatih dan agak drop karena kurang istirahat dan kecapekan sejak sebelum berangkat hingga tiba di Frankfurt, transit dan mengejar pesawat di Oslo. Ditambah dengan kondisi suhu dingin dibawah 10 celsius kakiku mengalami ‘muscle cramp’- kejang otot- dan terpaksa berjalan dengan setengah menyeret sebelah kaki. Untuk mengeluh atau minta ijin istirahat sungkan rasanya.
Sekitar 300 meter menjelang gerbang pertama lorong gua berbelok. Disana ada pintu gerbang dan pos jaga lagi yang mempersilakan kami masuk. Pintu gua yang kami masuki adalah pintu baja setebal sekitar 30 cm dan beberapa meter kemudian ada pintu baja kedua.
Beberapa puluh meter kami menuruni tangga besi sekitar 3 tingkat dan melewati lorong-lorong. Kami melewati beberapa pintu dengan tulisan ‘NATO Room Clas-2’, NATO Room Class-1’.
Kemudian kami masuk ke salah satu ruangan yang dikoordinasi oleh RHQNN. Kami masuk dalam ruang operation room dimana didalamnya ada sekitar 10 tentara berseragam sedang bekerja di depan komputer masing-masing.
Di dinding ada sekitar 4 layar LCD TV sekitar 65 inchi, 3 layar TV bertulisan ‘Wellcome to RHQNN’ sementara layar ke-empat menunjukkan peta Norwegia bagian utara. Dilayar nampak beberapa gambaran yaitu pergerakan pesawat terbang, sementara di laut terlihat pergerakan kapal. Semua pergerakan diatas pemukaan bumi bagian utara terlihat di layar itu. Selanjutnya CDR.Helges menjelaskan bagaimana mereka memantau semua pergerakan di permukaan laut dan udara Norway sebelah utara khususnya yang berbatasan dengan Rusia, melalui berbagai instrument seperti radar (pantai dan kapal perang), pemantauan AWACS (Aerial Eary Warning) dan satellite surveillance (optis dan radar/SAR) bahkan Subsurface surveillance / kondisi bawah air untuk memantau pergerakan kapal selam atau obyek lain. Kesemua pencitraan instrmen tsb diintegrasikan di layar TV/Wall Display yang dikenal sebagai NPC-National Picture Compilation.
Norsk Luftfartsmuseum
Setelah ‘check in’ meletakkan ‘luggage’ di kamar hotel Rica kami segera keluar. diajak keliling kota Bodo oleh staff TSS. Kota Bodo tak terlalu besar, penduduknya hanya sekitar 45,000 namun fasilitasnya sangat lengkap untuk ukuran kota kecil, yaitu tersedia bandara (lufthavn) dan pelabuhan laut (porthavn) yang cukup besar. Salah satu ciri landscape kota pelabuhan di dekat kutub adalah tak ada pohon pohon tinggi yang ada hanya perdu serta bangunan buatan manusia.
Siang itu kota Bodo cuacanya agak mendung terkadang diselingi hujan rintik rintik, cukup dingin untuk kami sekitar 8 derajad. Kemudian kami berhenti di dekat Museum penerbangan Bodo.
Rupanya staff TSS ini tidak mau terlalu mencampuri urusan kami dan membiarkan kami berpetualang dekat museum. Kami ditinggalkan olehnya di depan musium Norwegia Nasional Aviation Museum, dan dia berpamitan dan akan menjemput kami sekitar 4 jam lagi.
Norsk Luftfartsmuseum, menyediakan wahana yang menarik untuk belajar sejarah penerbangan baik sipil dan militer. Dalam bangunan berbentuk seperti ‘baling-baling raksasa’, kita serasa berpetualang memasuki dunia penerbangan mulai dari era layang-layang, era balon udara hingga era roket modern. Masuk musium penerbangan ini seakan kita dibawa pada mimpi semasa anak anak yang bercita cita bisa terbang baik dalam masa perang dan damai. Aneka wahana dan sistem penerbangan disuguhkan secara lengkap sebagai hiburan, sistem pertahanan dan transportasi. Di depan museum juga tersedia pameran udara hasil dari kerjasama antara Norsk Luftfartsmuseum, Norwegia Angkatan Udara Museum dan Museum AVINOR. Dari museum ini ternyata juga ada jalur khusus menuju Bodo Airforce Station.
Sejarah Stasiun Udara dimulai pada tahun 1921 dengan penerbangan pengantaran surat biasa (pos udara) . Pada awal 1940 dua kapal Sandringham, Gloster Gladiator No 263 Squadron RAF kemudian terbang dari Britania Raya dengan insinyur dan peralatan mereka untuk mulai bekerja memperbaiki landasan pacu. dan beberapa pilihan dipelajari sebelum memutuskan untuk membangun landasan pacu di Plassmyra di luar Bodø.
Selama Perang Dunia II, landasan udara Bodø dipermak sebagai basis udara melawan Jerman. Setelah selesei PD II mengambil pangkalan udara, membiarkan selimut beton pada lapangan terbang, dan membangunnya sebagai ‘spredningshangarer’ Setelah perang, Norwegia mengambil alih operasi bandara. Pada tahun 1950 diputuskan untuk membangun pangkalan udara untuk pangkalan udara militer utama, dan selesei tahun 1956.
Staisun udara Bodø selalu di renovasi dan modernisasi. Pada era setelah 1988, NATO menyuntikkan dana miliaran dolar pada pengembangan ‘hovedflystasjonen’ untuk logistik dan cadangan ala bantuan besar dalam kasus darurat. Selama Perang Dingin stasiun tersebut adalah salah satu dasar yang paling penting bagi Norwegia. Selama terjadi krisis pernag nuklir antara Uni Soviet dan NATO, Bodø Stasiun Udara Utama fungsi utama adalah untuk memberikan kontribusi dengan pesawat tempur untuk membuka sistem pertahanan udara Soviet, dengan pembom B-52 milik Komando Strategis Udara (SAC) untuk mensuplai senjata nuklir di instalasi militer NATO. Setelah masa damai Pemerintah Norwegia tidak mengijinkan penempatan senjata nuklir di kerajaan Noway. Namun di Bodø Air Stasiun ada bangunan khusus untuk penyimpanan untuk menerima senjata nuklir khususnya untuk siaga pada masa krisis.
Setelah lelah berkeliling museum sembari belajar sejarah militer dan penerbangan, kami berburu souvenir bernuansa ‘airforce’. Aku mendapatkan sebuah ‘Brown Barret’ dan sebuah ‘Badge' Norway Airforce Cold Response’ dan puluhan postcard. Malam harinya kami dijamu makan malam di restoran Thailand di kota Bodo oleh staff Kongsberg Maritim and Defence.
Selasa, 20 Juli 2010
Bodo:Land of The GOD
Perjalanan pesawat dari Tromso menuju Bodo hanya ditempuh kurang dari sejam. Cuaca agak berkabut ketika kami mendarat di Bodo Lufthavn. Bandara Bodo tidak terlalu besar, tapi cukup artistik dan canggih. Di langit kota Bodo yang cukup gelap seringkali terdengar raungan suara pesawat jet tempur yang sangat keras walau tak terlihat pesawatnya. Hal itu menandakan, ada pangkalan pesawat tempur disekitar kota ini, walau tak terlihat dengan jelas. Dari suaranya dan referensi yang kubaca tentang pesawat NATO kemungkinan sejenis F-16 atau F-18 Hornet. Didekat bandara ada beberapa bukit kecil yang setelah kami dekati merupakan bunker bunker untuk menyembunyikan pesawat tertentu (stealth & bomber misalnya: SR 17 Blackbird atau F-117 NightHawk).
Bodø adalah pusat administratif Nordland County. Dengan 45 000 warganya adalah kota kedua terbesar di Norwegia Utara, dengan fasilitas cukup modern. Dalam bahasa Norway..Bodo berarti ‘padang rumput’. Kota ini merupakan salah satu ujung tombak pangkalan udara NATO pada masa perang dingin. Kota ini pernah luluh lantak pada perang dunia kedua karena dibombardir oleh Jerman. Mengingat sejarah perang yang sangat monumental itu di Bodo ini didirikan Norsk Luftfartsmuseum (Museum penerbangan) yang sempat kami kunjungi selama di kota ini.
Bodø menantang berbagai aktivitas wisata ekologi yang menarik seperti arung jeram, main perahu kayax di laut, memancing, menonton elang laut sedang berburu, wisata kota, atau sekedar belanja atau bersantai di kafe lokal. Kota Bodo adalah salah satu lokasi terbaik untuk melihat ‘White Night’ malam tanpa gelap dan melihat ‘Midnight Sun’, serta tempat-tempat paling terkenal seperti Saltstraumen, pusat pasang surut terkuat dunia, gletser Svartisen dan pulau-pulau Lofoten tempat bermukim keluarga ‘Killer Whale’.
Kota Bodo juga cocok untuk 'wisata sejarah militer' karena memiliki sejarah panjang dengan angkatan bersenjata khususnya Angkatan udara Norway Royal Norwegian Air Force (RNoAF). Bodo juga merupakan ’home base’ bagi instalasi CAOC3-pemantauan laut dan udara NATO yang tersembunyi didalam gunung batu yang sempat kami masuki juga. Angkatan udaranya yang secara reguler melakukan latihan selama musim dingin. Di kota Bodo juga terdapat sekolah bagi Norway Advanced Surface to Air Missile System atau di Indonesia dikenal sebagai Den-Rudal-Detasemen Rudal. Selama perang dingin kota Bodo memainkan peran vital bagi NATO untuk menghadapi Pakta Warsawa, yaitu sebagai pangkalan pesawat-pesawat Bomber NATO (USA) sebagai persiapan serangan terdekat ke berbagai target di Uni Soviet. Di kota ini kami menginap di Rica Hotel dekat kawasan pelabuhan.
Minggu, 18 Juli 2010
Fjords of Scandinavia
Perjalanan dari Tromso menuju Bodo merupakan perjalanan ‘inter-insulair’-antar pulau. Sebenarnya perjalanan ini bisa juga ditempuh dengan ‘Troms-Bus’ bus antar kota di Tromso. Namun pasti memerlukan waktu yang sangat panjang dan mungkin mencapai dua hari walau jaraknya hanya sekitar 500 km, namun apabila melewati jalan darat jaraknya mencapai hampir 1,000 km. Sementara jadwal kami tak memungkinkan hal itu. Perjalanan darat antara Tromso dan Bodo menjadi panjang karena melewati ngarai dan lembah berkelok kelok, naik turun gunung dan terkadang menyeberang ‘fjord’. Pemandangan di kawasan itu sangat indah, terlebih di musim summer. Pemandangan gunung salju, lembah dan fjords itu juga terlihat apabila pesawat kami sedang terbang merendah.
Fjords adalah lembah sangat curam dan sempit, dengan dasar lembah berupa laut dalam yang menjorok ke darat dan terbentuk karena aktivitas glasial. Fjords terbentuk ketika gletser memotong lembah berbentuk U oleh abrasi dari batuan dasar (bed rock) sekitarnya. Banyak lembah di Norway utara terbentuk selama zaman es terakhir. Es mencair disertai dengan ‘rebound’ lapisan kerak bumi akibat beban es dan sedimen yang mengalami erosi (disebut ‘isostasy’ atau ’rebound glasial’).
Dalam beberapa kasus 'rebound gletser' lebih cepat daripada naiknya permukaan laut. Kebanyakan fjords lebih dalam dari laut yang berdekatan; Sognefjord, Norwegia, mencapai tinggi 1.300 (4.265 kaki) di atas permukaan laut. Fjords umumnya memiliki ambang atau naik di mulut fjords disebabkan oleh Moraine terminal gletser sebelumnya, dalam banyak kasus menyebabkan arus air asin yang ekstrim dan deras (Skookumchuck) misalnya Saltstraumen di Bodo Norwegia sering digambarkan sebagai kawasan pasut-pasang surut terkuat di dunia.
Terumbu karang
Sampai akhir 2000, beberapa jenis terumbu karang ditemukan di sepanjang bagian bawah fiord Norwegia. Terumbu karang ditemukan di fjord dari utara ke selatan Norwegia. Kehidupan laut pada terumbu karang yang diyakini menjadi salah satu alasan mengapa pantai Norwegia adalah kaya sumberdaya ikan. Karena penemuan ini cukup baru, penelitian masih sedikit jadi terbuka kesempatan untuk melakukan riset tentang terumbu karang di fjords. Tapi hati hati karena terumbu karang fjords adalah inang bagi ribuan ‘lifeforms’ seperti plankton, karang, anemon, ikan, bahkan beberapa jenis hiu, paus dan banyak lagi.
Di Selandia Baru ada fjord sebagai host terumbu karang laut, dimana lapisan permukaan air tawarnya dan air laut terpisah sehingga memungkinkan terumbu karang tersebut tumbuh di tempat lebih dangkal dari biasanya. Sebuah observatorium bawah laut ’Milford Sound’ memungkinkan wisatawan untuk melihat terumbu karang tanpa menyelam.
Fjords di Skandinavia
Penggunaan fjord kata (termasuk bahasa Skandinavia timur fjärd) lebih umum dalam bahasa-bahasa Skandinavia daripada dalam bahasa Inggris. Di Skandinavia (Norwegia, Denmark dan Swedia barat), fjord digunakan untuk inlet laut yang sempit. Di Norwegia, penggunaan yang paling dekat dengan Norse Lama, dengan fjord digunakan untuk sebuah muara laut yang masuk kedarat berbentuk panjang dan sempit. Di Norwegia timur, istilah ini juga diterapkan untuk danau air tawar yang memanjang dan sempit (misalnya Mjøsa [sering disebut sebagai fjorden], Randsfjorden dan Tyrifjorden) dan kadang-kadang bahkan untuk sungai (dalam penggunaan lokal, misalnya di Flå di Hallingdal, sungai Hallingdal disebut sebagai fjorden). Di Swedia timur, fjärd nama digunakan secara sinonim untuk teluk, bights dan inlet sempit di pantai Laut Baltik Swedia, dan di danau yang paling Swedia. Istilah yang terakhir ini juga digunakan untuk badan air di lepas pantai Finlandia dan Swedia. Di Denmark, kata ‘fjords’ bahkan mungkin berlaku untuk laguna dangkal. Dalam bahasa Icelandic modern, fjörður masih digunakan dengan arti lebih luas dari muara laut yang masuk. Dalam bahasa Finlandia, sebuah kata ‘vuono’ sebagai nama lainnya meskipun hanya sebuah fjord ditemukan di Finlandia.
Nampak sedikitnya riset tentang 'kehidupan di fjords; merupakan tantangan tersendiri bagi kalian 'peneliti kelautan tropis' yang lebih nekat dan gagah berani. Dengan syarat, tinggalkanlah keluargamu dengan warisan asuransi jiwa yang cukup.
Kamis, 15 Juli 2010
Selasa, 13 Juli 2010
Kamis, 08 Juli 2010
Farewell TROMSO
Sesuai jadwal, kami besok pagi-pagi rencananya diterima di markas RHQNN-Regional Head Quarter North Norway di kota Bodo, Norway utara. Ketika bersiap meninggalkan Tromso menuju Bodo. Di bandara ‘Langness’ Tromso kami mendapati masalah dengan tiket kami. Tiket kami adalah ‘International connecting flight Star Aliance’ sementara penerbangan menuju Bodo dari Tromso dilayani oleh domestik flight sehingga kami harus mengeluarkan ‘ekstra cost’ sebesar 70 USD per orang atau 210 USD untuk 3 orang. Sementara uang saku dari kantor benar benar terbatas. Kami harus menghemat ‘cash money’ yang tersisa. Terpaksalah kugunakan ‘jurus penyelamat’ yaitu kartu kreditku. Untuk berganti ‘moda transport’ mengunakan bus antarkota adalah mustahil akan ditempuh selama sehari, juga kami malu dengan Staff TSS yang menyertai kami. Jarak Tromso-Bodo sebenarnya hanya sekitar 500 km. Namun, kerna travelling menuju Bodo merupakan perjalanan inter-insulair-antar pulau- karena wilayah-wilayah di Norway utara ini merupakan pulau pulau kecil dipisahkan oleh ‘laut dalam’ dengan tebing curam (atau disebut ‘fjord’).
Bandar Udara Tromsø, Langnes (IATA: KL, ICAO: ENTC) (Norwegia: lufthavn Tromsø) terletak di Tromsø, di sisi barat pulau Tromsøya, 1,7 Nautical mil (3.1 km) barat laut pusat kota, yang terletak di sisi timur pulau. Bandara ini adalah bandara terbesar di Utara Norwegia (Norwegia: Nord-Norge), melayani penumpang 1.629.967 pada tahun 2009. Bandar Udara Tromsø melayani penerbangan untuk bagian utara dan tengah county Troms-Norway utara. Ini merupakan hub penting untuk penerbangan menuju bandar udara di Finnmark dan menuju ibukota Oslo. Sebagian besar penerbangan terjadwal di Tromso adalah ‘domestik flight’, termasuk penerbangan ke Bandara Svalbard, di Longyearbyen. Meskipun juga melayani beberapa tujuan internasional tujuan khusus ke London Gatwick, Inggris, Riga, Latvia dan Murmansk di Rusia). Selain itu, operator charter terbang ke beberapa destinasi di Eropa Selatan dan Kepulauan Canary dengan pesawat kecil twin otter atau ‘propeller’. Di bandara Tromso tersedia beberapa maskapai penerbangan dengan destinasi khusus. ‘AirBaltic’ melayani tujuan Riga Nordavia Arkhangelsk dan Murmansk-Rusia. Air Shuttle melayani rute Bergen Norwegia, Bodø, London-Gatwick, Oslo-Rygge, Oslo-Gardermoen, Trondheim. ‘Scandinavian Airlines-SAS melayani rute : Alta, Bodø, Longyearbyen, Oslo-Gardermoen, Stockholm-Arlanda , Trondheim. Widerøe Alta melayani tujuan Andenes, Bergen, Hasvik, Hammerfest, Harstad / Narvik-Evenes, Hasvik, Honningsvag, Kirkenes, Lakselv, Sandefjord. Musim panas, Stokmarknes, Sørkjosen, Vadsø, juga beberapa penerbangan menuju ke Mediterania.
Bandara ‘Langness’ Tromso dibangun pada 1 Juli 1963, dan secara resmi dibuka untuk lalu lintas pada tanggal 14 September 1964. Tromso telah menikmati penerbangan yang dijadwalkan secara rutin sejak 1930-an,dengan sejenis pesawat amfibi. Pada tahun 1974 bandara menjadi hub daerah baru kawasan Finmark dengan untuk STOL-Short Take Off and Landing (lepas landas pendek dan mendarat) menggunakan pesawat de Havilland Twin Otter.
Bandara Tromso sebenarnya tidak terlalu besar namun cukup unik dan rapi. Terminal asli diganti dengan bangunan baru, berbentuk setengah lingkaran, pada tahun 1977. Terminal saat ini dibangun pada tahun 1998 sebagai bagian dari ekspansi komprehensif dan modernisasi bandara, termasuk menara kontrol baru (ATC-Airtraffic Tower Controll) . Garbarata- Rampway- di beberapa gerbang.
Juga ada terowongan di bawah landasan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Selama menunggu jadwal penerbangan, kami sempat ‘Sightseeing’ sekitar bandara dan makan siang di restoran. Staff TSS menawari kami untuk membeli beberapa souvenir di ’souvenir shop’. Namun secara halus kami menolaknya karena malu, sudah terlalu banyak dibantu oleh mereka.
Apabila dihitung dengan jari, sudah empat kali aku menginjakkan kaki di Bandara ‘Langnes’ Tromso ini. Dua kali di musim ‘summer’ dan dua kali pula di musim winter. Namun tetap saja pemandangan sekeliling bandara Langnes Tromso ini selalu menarik buatku. Bandara dikelilingi laut dan gunung bersalju yang sangat indah.
Selamat tinggal Tromso, Semoga aku, atau anak cucuku bisa mengunjungimu, someday. InsyaAllah.
Langganan:
Postingan (Atom)