Selasa, 27 Juli 2010

Norsk Luftfartsmuseum




Setelah ‘check in’ meletakkan ‘luggage’ di kamar hotel Rica kami segera keluar. diajak keliling kota Bodo oleh staff TSS. Kota Bodo tak terlalu besar, penduduknya hanya sekitar 45,000 namun fasilitasnya sangat lengkap untuk ukuran kota kecil, yaitu tersedia bandara (lufthavn) dan pelabuhan laut (porthavn) yang cukup besar. Salah satu ciri landscape kota pelabuhan di dekat kutub adalah tak ada pohon pohon tinggi yang ada hanya perdu serta bangunan buatan manusia.

Siang itu kota Bodo cuacanya agak mendung terkadang diselingi hujan rintik rintik, cukup dingin untuk kami sekitar 8 derajad. Kemudian kami berhenti di dekat Museum penerbangan Bodo.
Rupanya staff TSS ini tidak mau terlalu mencampuri urusan kami dan membiarkan kami berpetualang dekat museum. Kami ditinggalkan olehnya di depan musium Norwegia Nasional Aviation Museum, dan dia berpamitan dan akan menjemput kami sekitar 4 jam lagi.

Norsk Luftfartsmuseum, menyediakan wahana yang menarik untuk belajar sejarah penerbangan baik sipil dan militer. Dalam bangunan berbentuk seperti ‘baling-baling raksasa’, kita serasa berpetualang memasuki dunia penerbangan mulai dari era layang-layang, era balon udara hingga era roket modern. Masuk musium penerbangan ini seakan kita dibawa pada mimpi semasa anak anak yang bercita cita bisa terbang baik dalam masa perang dan damai. Aneka wahana dan sistem penerbangan disuguhkan secara lengkap sebagai hiburan, sistem pertahanan dan transportasi. Di depan museum juga tersedia pameran udara hasil dari kerjasama antara Norsk Luftfartsmuseum, Norwegia Angkatan Udara Museum dan Museum AVINOR. Dari museum ini ternyata juga ada jalur khusus menuju Bodo Airforce Station.

Sejarah Stasiun Udara dimulai pada tahun 1921 dengan penerbangan pengantaran surat biasa (pos udara) . Pada awal 1940 dua kapal Sandringham, Gloster Gladiator No 263 Squadron RAF kemudian terbang dari Britania Raya dengan insinyur dan peralatan mereka untuk mulai bekerja memperbaiki landasan pacu. dan beberapa pilihan dipelajari sebelum memutuskan untuk membangun landasan pacu di Plassmyra di luar Bodø.

Selama Perang Dunia II, landasan udara Bodø dipermak sebagai basis udara melawan Jerman. Setelah selesei PD II mengambil pangkalan udara, membiarkan selimut beton pada lapangan terbang, dan membangunnya sebagai ‘spredningshangarer’ Setelah perang, Norwegia mengambil alih operasi bandara. Pada tahun 1950 diputuskan untuk membangun pangkalan udara untuk pangkalan udara militer utama, dan selesei tahun 1956.

Staisun udara Bodø selalu di renovasi dan modernisasi. Pada era setelah 1988, NATO menyuntikkan dana miliaran dolar pada pengembangan ‘hovedflystasjonen’ untuk logistik dan cadangan ala bantuan besar dalam kasus darurat. Selama Perang Dingin stasiun tersebut adalah salah satu dasar yang paling penting bagi Norwegia. Selama terjadi krisis pernag nuklir antara Uni Soviet dan NATO, Bodø Stasiun Udara Utama fungsi utama adalah untuk memberikan kontribusi dengan pesawat tempur untuk membuka sistem pertahanan udara Soviet, dengan pembom B-52 milik Komando Strategis Udara (SAC) untuk mensuplai senjata nuklir di instalasi militer NATO. Setelah masa damai Pemerintah Norwegia tidak mengijinkan penempatan senjata nuklir di kerajaan Noway. Namun di Bodø Air Stasiun ada bangunan khusus untuk penyimpanan untuk menerima senjata nuklir khususnya untuk siaga pada masa krisis.

Setelah lelah berkeliling museum sembari belajar sejarah militer dan penerbangan, kami berburu souvenir bernuansa ‘airforce’. Aku mendapatkan sebuah ‘Brown Barret’ dan sebuah ‘Badge' Norway Airforce Cold Response’ dan puluhan postcard. Malam harinya kami dijamu makan malam di restoran Thailand di kota Bodo oleh staff Kongsberg Maritim and Defence.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar