Selasa, 27 Juli 2010

Markas RHQNN



Esoknya, pagi-pagi sekitar pukul 06.00 kami sudah bersiap dan sarapan di restoran hotel Rica-Bodo. Omelet dan roti bakar coklat dan orange juice adalah menu sarapan yang cocok dengan lidahku kalau sedang pergi keluar negeri.

Sekitar pukul 07 kami telah siap berangkat menuju Reitan dengan naik mobil Audi A6 Wagon yang disewa kawan dari TSS. Sepanjang jalan hujan rintik rintik dan indikator suhu menunjukkan suhu sekitar 10 derajad. Didalam mobil udara terasa hangat karena mobilnya memiliki system penghangat ruangan. Cuaca sedang hujan rintik-rintik, indikator suhu mobil menunjukkan suhu sekitar 10 derajat Celsius.

Pangkalan pemantauan laut (RHQNN-Regional Head Quarter North Norway) Reitan terletak sekitar 25 kilometer diluar kota Bodo, di desa kecil Reitan. Dari luar fasilitas militer itu terlihat biasa saja, disana sini banyak semak belukar yang dibiarkan tumbuh liar. Pintu gerbang hanya dijaga seorang tentara, setelah berkomunikasi dengan atasannya mobil kami dipersilahkan masuk dan parkir.

Dalam suasana dingin dan hujan rintik-rintik muncullah sesosok yang sudah saya kenal sebelumnya, Comander-CDR Helges Berheusen dengan memakai jas hujan warna biru. Dengan tersenyum ramah perwira itu menghampiri kami. Kawan saya Mayor TNI AU ‘Abdullah’ sempat terheran-heran karena seorang pejabat perwira menengah militer mau menyambut kami walau suasana cuaca tidak bersahabat. Setelah saling memperkenalkan diri kami diajak berjalan-jalan mengelilingi kompleks RHQNN camuflase.

Dijelaskan oleh komander Helges bahwa seluruh fasilitas diluar (ada beberapa gedung bertingkat dengan mobil terparkir didepannya) kurang terpakai karena markas mereka yang sebenarnya ada di dalam gunung batu granite di balik bukit sekitar 2 km dari tempat parkir tsb. Kami segera berjalan menuju kemarkas mengikuti CDR Helges.

Pintu gua markas RHQNN terlindung oleh tumpukan batu kali setinggi sekitar empat meter dengan ketebalan sekitar tiga meter dengan formasi huruf L, pintu gua ditutup oleh pintu besi yang bisa terbuka secara otomotis.

Setelah mendapat kartu kunjungan kami, dipersilakan masuk. Semua barang bawaan kami, kamera, hand-phone dsb harus ditinggalkan di tempat khusus yang tersedia di pintu masuk markas.

Dari pintu gua ini kami harus berjalan lagi sejauh sekitar 1,500 meter masuk kedalam gunung, lantai sudah beraspal dan dinding gua bercat putih sehingga terkesan cerah.

Karena latarbelakangku bukan militer, maka fisikku kurang terlatih dan agak drop karena kurang istirahat dan kecapekan sejak sebelum berangkat hingga tiba di Frankfurt, transit dan mengejar pesawat di Oslo. Ditambah dengan kondisi suhu dingin dibawah 10 celsius kakiku mengalami ‘muscle cramp’- kejang otot- dan terpaksa berjalan dengan setengah menyeret sebelah kaki. Untuk mengeluh atau minta ijin istirahat sungkan rasanya.

Sekitar 300 meter menjelang gerbang pertama lorong gua berbelok. Disana ada pintu gerbang dan pos jaga lagi yang mempersilakan kami masuk. Pintu gua yang kami masuki adalah pintu baja setebal sekitar 30 cm dan beberapa meter kemudian ada pintu baja kedua.

Beberapa puluh meter kami menuruni tangga besi sekitar 3 tingkat dan melewati lorong-lorong. Kami melewati beberapa pintu dengan tulisan ‘NATO Room Clas-2’, NATO Room Class-1’.

Kemudian kami masuk ke salah satu ruangan yang dikoordinasi oleh RHQNN. Kami masuk dalam ruang operation room dimana didalamnya ada sekitar 10 tentara berseragam sedang bekerja di depan komputer masing-masing.

Di dinding ada sekitar 4 layar LCD TV sekitar 65 inchi, 3 layar TV bertulisan ‘Wellcome to RHQNN’ sementara layar ke-empat menunjukkan peta Norwegia bagian utara. Dilayar nampak beberapa gambaran yaitu pergerakan pesawat terbang, sementara di laut terlihat pergerakan kapal. Semua pergerakan diatas pemukaan bumi bagian utara terlihat di layar itu. Selanjutnya CDR.Helges menjelaskan bagaimana mereka memantau semua pergerakan di permukaan laut dan udara Norway sebelah utara khususnya yang berbatasan dengan Rusia, melalui berbagai instrument seperti radar (pantai dan kapal perang), pemantauan AWACS (Aerial Eary Warning) dan satellite surveillance (optis dan radar/SAR) bahkan Subsurface surveillance / kondisi bawah air untuk memantau pergerakan kapal selam atau obyek lain. Kesemua pencitraan instrmen tsb diintegrasikan di layar TV/Wall Display yang dikenal sebagai NPC-National Picture Compilation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar