Jumat, 28 Mei 2010

Tromso Sound Tunnell




Pada kunjungan kedua ke Norwegia, aku dan dua orang kawanku memenuhi undangan Departmen Pertahanan Norway sehingga kami diperlakukan juga sebagai ’defence officer’. Kami dinapkan di ’sydpissen barrack hotel’ sebuah losmen untuk anggota militer NATO di ujung selatan pulau Tromso.

Pada hari pertama, kami diajak jalan jalan keliling kota Tromso oleh Einar gronas, pemandu kami dari TSS-Tromso Satellite Station. Saat kunjungan kedua kali di kota Tromso, kami ditunjukkan beberapa rahasia kota Tromso ini diantaranya ’Tunnell of Tromso’ dan ’Sub Sea Tunnell’ atau Tromsøysund Tunnel (dalam bahasa Norwegia: Tromsøysundtunnelen) yaitu sebuah jalan toll dibawah laut yang menghubungkan pulau Tromsøya dengan daratan utama Norway di wilayah Tromsodalen, Terowongan itu adalah bagian dari Route jaringan jalan toll Eropa E-8, terdiri atas 2 jalur terowongan yaitu T-1 sepanjang 3,5 kilometer dan T-1 sepanjang 3,386 kilometer.

Titik terdangkal terowongan dari dasar laut berada 102 meter dibawah permukaan laut, dengan maksimum kemiringan terowongan hanya 8,2 %. Dua jalur terowongan itu juga terhubungan dengan 15 jalur jalan lain, menghubungkan kawasan sub-urban padat penduduk yaitu Tromsodalen dan Kroken.
Terowongan itu diresmikan tahun 1994 berada di sebalah utara jembatan Tromso ‘Tromsobrua brigde’ dan berada di bawah University Tromso dan Rumah Sakit University Norwegia Utara.
Bagi orang awam terowongan ini berfungsi sebagai subway biasa. Namun ternyata, pada saat ’krisis’ terowongan itu bisa difungsikan sebagai ’bunker’ untuk perlindungan.

Didalam ’tunnell’ itu ada lorong-lorong dan gudang-gudang tertentu untuk menyimpan logistik. Dalam kondisi ’darurat’ misalnya bencana alam atau ’perang nuklir’ warga kota Tromso akan segera masuk kedalam terowongan ini yang cukup menampung sampai 2,000 mobil dan didalamnya sudah tersedia kebutuhan logistik seperti air, obat obatan dan bahan pangan sampai beberapa bulan.
Sayangnya ketika melewati ’Tromso tunnell’ ini si pemandu kami menyetir mobil dengan kecepatan cukup tinggi alias ’ngebut’ sehingga kawanku Mayor Udara (Lek) Bima Aryasena tak sempat ambil gambar. Mungkin itu strategy dia agar kami tak bisa mengambil dokumentasi didalam bunker-bunker itu kecuali hanya mulut tunnell-nya saja.

Di dalam tunnell terlihat penunjuk arah dan kode kode tertentu yang hanya warga kota Tromso ini yang tahu. Mungkin ide ’Tromso bunker’ itu muncul setelah timbulnya kemacetan di pulau kecil Tromso dan ’sejarah masalalu’ dimana beberapa kota di Norwegia utara diserang oleh rudal-rudal dan pesawat-pesawat bomber angkatan udara Jerman pada masa perang dunia kedua yang menimbulkan banyak korban jiwa.

2 komentar:

  1. sip...sip....siiiipp...... :)
    a very nice self journal..... you have a great talent...!
    thanks for sharing.... :)

    BalasHapus