Rabu, 31 Maret 2010

Norway dan Kesatria ke-13

Salah satu inspirasi kenapa aku ‘cinta’ pada negara Norway adalah petualangan Ahmad Ibnu Fadlan (diperankan Antonio Banderas)pada abad ke 9 Masehi dimana masa itu merupakan masa kejayaan kerajaan Bani Umayyah dalam film ‘The 13th Warrior’-Kesatria ke-13’. karya sutradara terkenal John McTiernan. Film ini sebenarnya diangkat dari novel terjemahan tulisan kisah Ibn Fadlan oleh Micahel Chrichton yang berjudul ’Easters of the Dead’. Kisah 'The 13th Warrior' dimulai dengan cerita tentang seorang seorang penyair dan bangsawan kekalifahan Arab di Baghdad pada 922 Masehi, yakni Ahmed Ibn Fadlan Ibn Al Abbas Ibn Rashid Ibn Hamad atau dikenal dengan nama singkatnya Ibn Fadlan menghadapi masalah dengan Kalifah. Rupanya Ibn Fadlan melakukan perbuatan terlarang yakni jatuh cinta kepada Shaharazhad istri Khalifah (diperankan oleh Ghoncheh Tazmini). Untuk menghindari hukuman mati, maka Ibn Fadlan bersedia menuruti saran tutor yang juga pengasuhnya, Melchisidek (Omar Sharrif) agar menjadi duta besar untuk bangsa Viking di wilayah utara.

Sebenarnya pengangkatan duta besar ke wilayah utara sebenarnya merupakan upaya ‘pembuangan’ atau ‘hukuman berat’ sebab di wilayah tersebut banyak bahaya yang sewaktu-waktu dapat mencabut nyawanya. Namun Ibn Fadlan menganggap kesempatan selamat di utara lebih baik daripada tinggal menghadapi hukuman pancung kepala di hadapan khalayak di Baghdad

Di wilayah utara, Ibn Fadlan dalam jurnalnya menceritakan bahwa kawasan ini dihuni oleh monster laut dan ‘iblis’ raksasa hutan jahat. Ibn Fadlan terkejut melihat budaya bangsa Viking yang dianggapnya barbar, kasar dan tidak mengenal kebersihan. Walau awalnya ia ngeri melihat kebiasaan bangsa Viking, namun ia juga kagum dengan sikap setia kawan, ksatria dan kegagahan bangsa Viking yang tidak kenal takut dalam menghadapi musuh. Ia juga dapat bersahabat dengan pejuang Viking, Buliwyf (Vladimir Kulich) dan kelompoknya.
Pada saat itu, kerajaan bangsa Viking sedang mengalami masa sulit karena musuh bangsa tersebut yang sebelumnya hanya dikenal dari cerita yang dituturkan secara turun temurun, ternyata kembali mengancam mereka. Suku misterius menurut legenda sangat kuat dan juga adalah kanibal yang doyan memakan daging orang mati yang dikenal sebagai ‘wendol’. Wendol ini diyakini sebagai sisa-sisa manusia gua Neanderthal yang pernah menguasai bumi pada jaman dahulu.

Menurut legenda itu juga, untuk menghadapi suku yang mengerikan itu, harus ada 13 pejuang untuk menghadapinya. 12 pejuang Viking telah terpilih termasuk Buliwyf, namun pejuang ke-13 harus bukan orang utara. Maka Ibn Fadlan pun harus mengisi posisi pejuang ke-13, padahal ia hanyalah penyair yang tidak biasa memegang senjata atau melihat darah. Akhirnya Ibn Fadlan membuat sendiri pedang ‘Arab’nya dari pedang ‘Viking’ yang sangat besar dan berat. Dengan bantuan ‘Empu Senjata’ bangsa Viking terciptalah pedang kecil melengkung khas pedang ‘Arab’ yang fleksibel dan lincah dimainkan.
Ibn Fadlan harus menjadi pejuang ke-13 yang bahu membahu dengan 12 pejuang lainnya dalam menghadapi suku bangsa ‘Wendol’ yang sangat buas dan mengerikan itu ! Kecerdasan dan luasnya pengetahuan Ibn Fadlan menolongnya untuk beradaptasi di negeri para Viking..bahkan dia banyak memberi inspirasi bagi kejayaan bangsa Viking menghadapi musuhnya. Hal itu menunjukkan bahwa peradaban dan ilmu pngetahuan bangsa Ibn Fadlan (Arab dan Persia) sangat maju dan menjadi mercusuar dunia pada abad ke 9 itu. Dalam film itu dikisahkan juga taktik ‘intai dan serbu’ yang dilakukan bangsa Viking dan Ibn Fadlan kedalam gua gua tempat tinggal kaum ‘Wendol’ yang menyaru menjadi manusia setengah beruang.
Menurut kesaksian serta petualanganku ke Norway, banyak gua-gua itu masih ada dan dibangun dengan pertahanan yang sangat kuat untuk kepentingan militer dengan penjagaan ekstra ketat dan berlapis lapis.

Sabtu, 27 Maret 2010

Sval-Sat






SvalSat adalah rangkaian stasiun bumi terbesar di kepulauan Svalbard. Svalsat merupakan posisi terbaik untuk mentracking dan mengendalikan sekaligus mengakses semua satelit polar yang aktif. Svalsat terdiri atas 8 buah ground station besar yang dioperasikan oleh beberapa lembaga antariksa seperti ESA, NASA dan NorsRomcenter.
Kepulauan Svalbard adalah wilayah paling utara Norwegia yang terletak di Samudra Arktik, sebelah utara Eropa Daratan. Svalbard merupakan sebuah kepulauan dengan Longyearbyen sebagai ibu kota. Pulau yang padat penduduknya ialah Spitsbergen, Bjornoya dan Hopen.
60% wilayah Svalbard diselimuti oleh gletser dan salju; sesuai dengan makna kata 'Svalbard' yang berarti 'pesisir yang dingin'. Arus Atlantik Utara menghangatkan iklim Artik sehingga kapal dapat berlayar hampir sepanjang tahun. Svalbard berada di utara Lingkaran Artik. Di Longyearbyen, matahari tengah malam muncul dari 20 April hingga 23 Agustus, dan langit yang terus-menerus gelap muncul dari 26 Oktober hingga 15 Februari.
Svalbard merupakan habitat bagi angsa kepah dan beragam jenis burung lainnya. Spesies mamalia yang tinggal di Svalbard antara lain: tikus Microtus epiroticus, rubah Artik, rusa kutub Svalbard, dan beruang kutub. Oleh karena banyaknya jumlah beruang kutub di Svalbard, warga setempat melaksanakan tindakan pencegahan ketika berada di luar pemukiman dengan membawa senapan setiap kali keluar rumah. Apabila kita menginap di beberapa hotel di pulau ini kita akan dibekali senapan apabila kita keluar hotel, karena masih banyak binatang liar (beruang dan rubah kutub) yang berkeliaran. Anehnya, pemerintahan setempat melarang siapapun untuk mengganggu atau membahayakan hewan itu. Di kepulaun Svalbard ini tak ada jalan raya yang menghubungkan masing-masing pemukiman; sarana transportasi hanya berupa kapal, pesawat, helikopter, dan mobil salju.
Kegiatan ekonomi Svalbard bertumpu pada industri pertambangan batu bara, perikanan dan pemasang jerat binatang liar. Menjelang abad ke-21, sektor pariwisata, penelitian, pendidikan tingkat lanjut, dan perusahaan canggih KSAT seperti stasiun-relay satelit tumbuh pesat. Sistem Kabel Bawah Laut Svalbard yang mulai beroperasi pada Januari 2004 memiliki jaringan dual optik fiber sejauh 1.440 km dari Svalbard ke Harstad via Andoy untuk hubungan dengan stasiun satelit di Svalbard yang dimiliki oleh NASA dan NOAA.

Jumat, 19 Maret 2010

Tromso Satellite Station-TSS




Dikota Tromso, aku ikut intesif training tentang ’satelit polar-orbit’ di fasilitas Tromso Satellite Station (TSS) yang merupakan stasiun bumi milik bersama antara NorsRomcenter, Kongsberg Aerospace and Defence dan ESA-European Space Agency. TSS merupakan salah satu pengendali rangkaian stasiun bumi yang tersebar dari kutub utara (SvallSat) sampai kutub selatan (TrollSat) untuk mengakses berbagai satelit ‘polar orbit’.
Bersamaku ada juga beberapa peserta dari negara lain; Inggris, Spanyol, Norway dan Perancis. Aku, satu satunya peserta yang berlatar belakang bukan engineering dan remote sensing. Untunglah, aku pernah mengikuti program serupa di Center for Space and Remote Sensing Center di National University Taipei tahun 2003 dan Envisat Symposium-ESA di Swiss tahun 2007. Tak begitu sulit bagiku menyesuaikan diri, dan merekapun dengan senang hati membantu bila aku ada kesulitan. Materi training cukup beragam mulai dari Satellite Space Segment, dan Satellite Ground Segment (software sampai hardware sebuah stasiun bumi).
Tone Schonberg, salah satu narasumber TSS mengatakan setidaknya ada 300 kali periode revisit satelit polar terpantau di TSS. Artinya setiap 4,8 menit ada sebuah satelit melintas di langit Tromso dan dapat diakses dari stasiun bumi Tromso. Beragam satelit polar, mulai dari satelit radar (SAR), satelit cuaca, satelit navigasi sampai satelit image optis resolusi tinggi (VHRS-Very High Resolution Satellite). Keunggulan posisi kota Tromso ini menjadi penopang daya saing tersendiri sehingga Norwegia memiliki keunggulan dalam teknologi persatelitan dan ilmu antariksa. Dewasa ini tak kurang 8000 satelit mengorbit bumi, 5000 buah sudah merupakan sampah antariksa-’space debrish’- dan sekitar 3000 buah satelllite lainnya masih aktif, seperti satelit cuaca, satelit komunikasi, satelit navigasi, satelit observasi, teleskop antariksa dll.
Satelit observasi bumi, dikalangan peneliti dikenal sebagai Earth Observation Satellite (EOS). Dilingkungan militer dan NSA-National Security Agency satelit ini dikenal sebagai ’spy satellite’ -satelit mata-mata, karena bisa digunakan untuk memantau objek di permukaan bumi secara akurat seperti pesawat, instalasi militer, pergerakan mobil/tank dan kapal- kapal di laut/pelabuhan.
Berdasar jenis sensor utamanya satelit observasi dibedakan 2 jenis yi satelit optis (EO-Electro Optis) dan satelit radar-SAR–synthetic aperture radar dan ASAR-advance synthetic aperture radar. Satelit optis bersifat pasif, bisa memantau objek di permukaan bumi karena ada refleksi sinar matahari. Tanpa sinar matahari fungsi satelit optis tak akan berjalan.
Saat ini tersedia beberapa jenis satelit optis komersial dengan resolusi yang cukup tinggi untuk berbagai tujuan, diantaranya: WorldView, QuickBird, OrbView, IKONOS, SPOT, EROS A, EROS B, dan ALOS.

Rabu, 17 Maret 2010

Manusia dan Paus




Melihat paus secara langsung sebenarnya bukan pertama kali bagiku. Pertama kali aku berkenalan denganya di Museum Marine Biologi di kota Checeng Taiwan tahun 2003. Namun melihatnya secara langsung di alam bebas tetap saja membuat kita takjub dan kagum. Dan seakan akan paus paus itupun suka apabila berjumpa dengan manusia, sehingga mereka seakan akan ’bergaya’ di depan manusia. Konon dulunya mamalia itu juga berasal dari darat. Jadi bertemu manusia seakan seperti berjumpa ’adik kecil dari darat’. Mungkin begitulah perasaan paus. Entahlah.Wallahu’alam.

Hubungan manusia dan mamalia raksasa laut –paus- diselimuti mistery dan keghaiban. Walau ada yang menganggapnya sebagai superstition atau memiliki ’kekuatan magis’. Interaksi manusia dan paus sebenarnya telah terjalin sejak ribuan tahun lalu seperti tertulis dalam Al Qur’an atau Kitab Perjanjian Lama yaitu Kisah nabi Yunus (Jonas) yang berdakwah di kota Niniveh (Ninawa di Irak, sekarang ini).

Upaya nabi Yunus setelah sekian tahun hanya dikuti 2 orang, sementara hampir semua warga kota menentang dan menantangnya untuk mendatangkan azab dari Tuhan sebagai bukti bahwa dia adalah utusan Tuhan.

Nabi Yunus AS kemudian keluar ’minggat’ dari kota dengan keadaan kesal dan marah. Kemudian dia pergi kemanapun arah angin, sampai ke tepi pantai kemudian menumpang kapal untuk menyeberang disekitar laut Tengah. Di tengah laut datanglah badai. Nahkoda memutuskan untuk mengurangi beban kapal dan membuang barang barang dan akhirnya mengundi nasib penumpang yang dilempar kelaut. Setelah diundi tiga kali selalu nama itu jatuh ke Nabi Yunus AS, maka dengan berat hati akhirnya beliau dilemparkan ke laut dan segera ditangkap dan ditelan oleh ikan raksasa yang bisa diartikan sebagai paus atau mungkin hiu paus. ’Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.’(QS As Shafaat:37;137-148).

Menurut Perjanjian lama selama 3 hari nabi Yunus AS dalam perut ikan. Beliau tidak mati namun berdoa dan menyesali perbuatannya pergi dan marah dari hidayah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Berkuasa! Doa Nabi Yunus AS dalam perut ikan : ’Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau , Maha Suci Engkau, sesunggguhnya aku adalah termasuk orang orang dzalim’ (QS Anbiya (21) : 87) adalah salah doa yang mustajab apabila didoakan pada saat sholat malam. Nabi Yunus AS akhirnya dimuntahkan oleh ikan raksasa itu dan terdampar di pantai berpasir kemudian akhirnya beliau kembali mendapati ummat yang mengikutinya dalam jumlah yang besar.

Dalam cerita 1001 malam Sinbad-Sipelaut. Rombongan Sinbad yang lelah dan jenuh mengarungi samudra beristirahat di sebuah pulau kecil di tengah samudra luas. Ketika anak buah Sinbad menyalakan api hendak membuat api unggun ternyata pulau itu bergerak dan ternyata ia adalah seekor ikan raksasa. Rombongan Simbad kemudian tercerai berai di tengah laut dan tak sedikit yang mati tenggelam. Demikian juga dalam cerita Yunani, situa bijaksana Plinius, meneliti hubungan peran paus dengan jumlah tangkapan nelayan.

Di kalangan nelayan Eropa utara, apabila nelayan bertemu paus akan berteriak sekerasnya...”Simor’.Simon’...’Simon’ maka paus akan mendatanginya dan akan menggiringkan ikan ikan yang panik naik ke permukaan untuk dijaring oleh nelayan. Pada hari berikutnya paus akan datang lagi dan akan dihadiahi oleh nelayan hadiah berupa roti dan wine.

Whale Safari





Selama tinggal di kota Tromso untuk pertama kalinya, kegiatanku hanya ikut intensif training di TSS-Tromso Satellite Station. Jadi jadwalnya rutin dan membosankan, pagi dijemput dan malam diantar pulang ke hotel. Selebihnya aku cuma diajak berkeliling kota Tromso atau diundang makan malam oleh staff TSS. Tibalah hari libur, dimana aku bisa berkeliling sendiri disekitar kota ini. Habis sarapan pagi aku jalan jalan di pelabuhan Tromso dan tanpa sengaja mataku tertumbuk pada ’billboard’ eco-tourism ’Whale Wathching Tour’di pelabuhan Tromso.

Siang harinya persis didepan hotelku terparkir kapal catamaran-kapal berlunas ganda’ ’CETACEA’ berukuran cukup besar ukuran sekitar 20 meter panjangnya. Tarif tour menonton paus dengan kapal Cetacea itu cukup murah bila dibanding paket wisata sejenis oleh biro perjalanan lain yang mencapai 2,000 Norway Kron atau sekitar (4 juta rupiah). Selama 8 jam tour diatas kapal ’Cetacea’ para peserta cukup membayar sekitar 700 kron atau sekitar 1,4 juta rupiah dengan jaminan uang dikembalikan apabila tidak berhasil melihat seekor pauspun dalam wisata selama 8 jam itu. Dari pengamatanku banyak sekali turis dari Inggris atau Jepang yang suka mengikuti program ’whale safari’ menonton kehidupan paus di sela sela ’fjord’ di Norway dari dekat. Dengan route dari Tromso ke Tystfjord atau Lofoten lokasi tempat keluarga paus ’berlibur musim panas’ di perairan Norway.

Kondisi ekologis kepulauan Norway yang unik yaitu musim summer Arctic namun arus laut hangat membawa banyak makanan membuatnya banyak menarik kunjungan berbagai ’hewan petualang’ ini yang selalu berkunjung sebagai ’feeding periods’ ke wilayah ini pada waktu waktu tertentu. Semacam pulang kampunglah bagi manusia pengelana. Keluarga paus ini akan membawa anak anaknya yang dilahirkan di daerah perairan tropis. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pengelola wisata setempat menjadi paket wisata ‘Whale watching tour’ menonton ikan paus liar ‘pulang kampung’ setelah mengelilingi samudera-samudera di dunia. Tour ini biasanya dilakukan pada bulan May sampai Oktober.

Paus adalah hewan menyusu-mamalia-laut terbesar diplanet bumi, yang bersifat pengelana (migratory/ruaya). Paus dari jenis ’Killer Whale’ –Orcinus orca adalah pengelana hebat penakluk laut di dunia. Hewan ini memiliki kebiasaan selalu berpetualang mengelilingi samudera-samudera di dunia. Seperti saudaranya Dolhpin-lumba lumba, mamalia laut ini adalah pemakan daging yang rakus, pernah difilmkan bagiamana ’killer whale’ ini mencabik cabik seekor hiu putih raksasa sepanjang 4 meter hanya dengan dua kali ’gebrak’ untuk dimakan ’jeroannya’.

Namun ’Killer whale’ ini bersahabat dengan manusia. Mereka seringkali berenang sangat dekat dengan pantai atau daratan. Sifat ’alaminya’ yang bersahabat dengan manusia itu malah merugikannya, karena sudah ribuan ekor mammalia laut ini dibantai manusia untuk diambil daging atau lemak/minyaknya.

Menurut Nils Oein dari Insitute of Marine Research Norway ditemukan setidaknya 1,500 ekor ’Killer whale’ di perairan norway, walau jumlah populasi sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Hewan raksasa ini selalu berkelana semasa hidupnya dari mulai dilahirkan, masa remaja, musim reproduksi dan masa tua selalu berada di lokasi yang berbeda beda. Semua samudera di dunia termasuk kawasan tropis adalah wilayah kekuasaanya

Hewan raksasa ini selalu berkelana semasa hidupnya dari mulai dilahirkan, masa remaja, musim reproduksi dan masa tua selalu berada di lokasi yang berbeda beda. Semua samudera di dunia termasuk kawasan tropis adalah wilayah kekuasaanya. Disamping jenis ini di perairan Norway juga ditemui jenis ’humpback whale’ (Megaptera novaeangliae), ’Sperm Whale’ (Physeter macrocephalus), ’Minke Whale’ (Balaenoptera acutorostrata) dan ’Pilot Whale’ (Globicephala melaena).

Minggu, 14 Maret 2010

Semalam di OSLO





Dalam perjalanan dari Zurich ke Oslo, sebenarnya dalam hatiku ada sedikit kekhawatiran atau lebih tepatnya ketakutan karena aku sampai di Oslo lewat tengah malam. Padahal aku belum pernah kesana dan aku tahu dari Wikipedia bahwa kota Oslo adalah salah satu kota dengan biaya hidup termahal didunia. Ketakutanku adalah cukupkah bekal ‘uang saku’-ku. Wah bisa bisa kartu kreditku jebol nih, pikirku.
Akhirnya pesawat SAS AVRO RJ 85 Blue-1 yang kutumpangi mendarat mulus di bandara Oslo lewat tengah malam waktu setempat. Hari sudah mulai gelap gulita. Pemeriksaan imigrasi dan pabean Norway tergolong sangat ketat. Bisa bisa aku dideportasi kalau tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan tegas dan menyakinkan. Mereka mengurus sampai masalah pekerjaan dan siapa yang ditemui di Norway dan berapa bekal uang yang dibawa dll. Alhamdulillah, akhirnya semuanya beres.
Kecemasanku agak terobati karena ternyata dijemput oleh orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Oslo. Menurutnya aku sudah dibookingkan hotel Thon di pinggiran kota Oslo.
Dengan mengendarai VW Caravelle coklat aku diantar menuju hotel sambil mengobrol kesana kemari dengan pak Seno demikian dia biasa dipanggil. Pak Seno adalah warga negara Indonesia asli yang sudah 18 tahun tinggal di Oslo, jadi dia paham betul seluk beluk kota tua ini.
Karena posisi hotelku agak dipinggiran kota maka kami bisa berkeliling kota Oslo sambil melihat lihat suasana malam di kota ini. Melewati jalan jalan utama Karl johan dan melewati Oslo katederal dll. Suasana jalanan sudah mulai sepi karena hari sudah sangat larut.
Ketika kami melewati kawasan pertokoan dan perhotelan aku melihat ada beberapa wanita kulit hitam berjalan mondar mandir, aku bertanya ke pak Seno.
‘Pak, orang orang itu sedang menunggu taksi atau apa sih’ kok saya lihat mereka cuma berjalan mondar mandir! Apa mereka tidak kedinginan diluar sana’. Hari sudah sangat larut dan suhu diluar sangat dingin buatku mungkin mencapai dibawah 10 derajad Celsius.
‘Wah sampean ini, ga tau atau pura pura ga tau mas’,
‘Bener pak, aku ga ngerti..pak’
‘Wanita yang berjalan mondar mandir itu ..adalah kupu kupu malam’ ngerti mas’ kata pak Seno menjelaskan sambil matanya berkedip kedip kepadaku.
‘Oooo… begitu…pak’ ‘.
Lha apa itu berarti orang orang disini sudah bosan dengan’ wanita blonde.
.kok di jalan itu banyak yang kulit hitamnya.”
‘ha ha ha’..…’sampean cerdas juga ternyata mas’
kata pak Seno sambil tertawa…mendengar ulasanku.
.”wah bener juga ya mas’
‘Memang menusia itu aneh, ..mungkin mereka sudah bosan dengan yang biasanya jadi cari yang sedikit berbeda dan berwarna lain..’ celetuk pak Seno.
Ha ha ha…sepanjang jalan menuju hotelku kami banyak ketawanya membahas masalah-masalah itu.
Sekitar pukul 01.30 dini hari aku sampai di hotel Thon dan segera check in. Kemudian pak Seno segera pamit pulang ke rumahnya.
Di kamar aku segera Sholat Jama’ Takhir Magrib dan Isyak. Kemudian aku berbaring di tempat tidur, namun mataku tak bisa dipejamkan. Sebenarnya kamar hotel ini cukup mewah, ada bed yang cukup besar, ada TV kabel, jaringan LAN dan internet..dan segala perlengkapannya, bahkan ada sofanya. Namun semua itu tidak menarik lagi buatku.
Aku segera membuka buka laptop mempersiapkan kalau kalau besok diminta presentasi. Sekitar pukul 03 lebih dinihari barulah aku tertidur.
Pukul 06.00 pagi aku sudah bersiap dan rapi dan segera turun sarapan sekaligus check out dari hotel ini.
Menu sarapan pagi ini adalah rotie tawar plus selai strawberry dan sosis ayam serta telur rebus dan dua gelas orange juice. Kebiasaanku waktu kuliah adalah mengantongi beberapa butir telur dan buah untuk bekal, namun kali ini aku tak melakukannya. Malu..!.Karena saat ini aku sudah bukan mahasiswa lagi.
Selesei sarapan aku segera menyeleseikan tagihan..kamar.
Wha..! Mahal juga pikirku, untuk istirahat cuma lima jam aku harus membayar 250 USD atau sekitar dua juta tiga ratus ribu rupiah.
Kalau tadi aku nginap di rumah pak Seno pasti bisa hemat nih pikirku.
Ah. Sudahlah sekarang bukan mahasiswa lagi kayak dulu semua mintanya gratis.
Sekitar jam 07.15 pak Seno sudah menjemputku, namun kali ini dia berganti mobil sebuah Minivan Marcedes Benz Viano hitam metalik dengan plat diplomatik ‘Karena kita hendak bertamu dan mewakili Negara’ kata pak Seno. ‘Wah keren juga nih jadi diplomat sehari’ pikirku.

Kamis, 11 Maret 2010

Tromso:Gerbang Kutub Utara





Setelah menginap sehari di Oslo untuk mendampingi delegasi Indonesia di Norway Space Center sore harinya aku diajak berangkat menuju kota Tromso untuk mengikuti intensif training di Tromso Satellite Station. Sementara rombongan delegasi Indonesia lain meneruskan perjalanan ke Jerman. Tromso bisa dicapai dengan pesawat udara selama 2 jam ke arah utara dari Oslo.
Menjelang landing di bandara kota Tromso suasana pegunungan kutub mulai terasa dominan. Dari jendala pesawat terlihat jelas puncak puncak gunung berselimut salju. Cukup kontras dengan pemandangan di Norwegia selatan, yang masih terasa musim summer-nya.
Tromso yang merupakan kota besar terakhir sebelum memasuki kawasan lingkaran kutub utara. Kota ini terletak 69°40′ Lintang Utara, merupakan kota terbesar sebelum memasuki lingkaran kutub utara dan hanya berjarak 350 km dari situ. Karena posisinya itu, Tromso memiliki semboyan ‘Gateway to Arctic’ –Gerbang Kutub Utara’. Di kalangan ’traveller’-’wisatawan petualang’ Tromso merupakan ’Kota Eko-wisata’ favorit terutama bagi wisatawan bangsa Asia Tropis terutama turis turis dari Jepang.
Kota Tromso sebenarnya merupakan sebuah pulau yang bernama Tromsøya. ’Øya’ berarti ‘pulau’ dalam bahasa Norwegia. Disebelah kanan pulau Tromsøya adalah Tromsdalen yang merupakan bagian dari bagian utama Norwegia dari kepulauan Scandinavian. Tromsø dihuni oleh sekitar 60 ribu orang termasuk Tromsøya, Tromsdalen dan pulau pulau sekitarnya. Tromso memiliki banyak suguhan wisata alam yang menarik kunjungan para traveller setiap tahun. ’Midnight Sun’ -matahari tengah malam yang hanya ada di kutub utara. dan ’Polar-Night’ yaitu malam musim panas yang dibalur Aurora Borealis’dengan luluran tirai cahaya ionik di langit Utara.
Pada setiap bulan Mei, matahari akan tenggelam dan langsung terbit di cakrwala kota Tromso. Nah turis-turis mancanegara biasanya datang pada bulan bulan ini. Pada bulan-bulan itu sampai Juni suhu udara Kota Tromoso paling hangat bisa mencapai lebih dari 15°C. Pada musim itu biasanya warga Tromso akan ’buka baju’ untuk berjemur menikmati musim panas terik matahari yang cukup langka di kawasan itu. Sementara kondisi ’icy’ musim dingin yang ekstrim ketebalan salju mencapai 2.4 meter. Namun kondisi itu segara terlupa dengan hadirnya angin musim panas yang menerpa kota tua dengan pantai yang selalu berjiwa muda. Perbedaan yang kontras antara musim panas dan musim dingin ini sungguh sangat..indah dan so colorfull penuh warna ! banyak traveller menjuluki wilayah itu sebagai ’the region of contrast’..!
Sementara di lokasi utara lainnya mungkin hanya bisa menyaksikan lapisan es dan bioma ’tundra’ khas daerah dingin yang beku dan membosankan. Berkat arus hangat teluk yang membuat kawasan laut utara Norway tetap hangat dalam musim dingin sekalipun.
Di bulan Agustus ini, waktu siang di Tromso suhu berkisar antara 5 sampai 8 derajad Celsius. Kondisi ini cukup dingin bagi ’orang tropis’ sepertiku. Tapi aku sudah cukup beradaptasi di benua Eropa karena pernah bersekolah di Karlstad Sweden tahun 1999.
Namun, giliran malam tiba, suhu dingin mulai terasa menyiksa. Pada tengah malam suhu turun sampai beberapa derajad dibawah nol. Padahal kondisi lingkungan diluar kamarku sudah mulai terang. Matahari hanya tenggelam beberapa jam saja pada bulan bulan ini, dan terbit sekitar jam 02.30 pagi. Meski badanku sudah cukup beradaptasi pada dinginnya cuaca Eropa namun di Tromso ini, pada malam hari hidungku masih ’mimisan’ juga saking dinginnya.

Senin, 08 Maret 2010

Pertamakali Mengunjungi Norwegia





Pada bulan Agustus 2007 aku diundang oleh Lembaga Antariksa Norwegia-NorsRomcenter untuk mempelajari pemanfaatan citra satelit radar bagi pemantauan dan pengawasan keamanan laut. Karena hanya mendapat visa khusus mengunjungi Norway untuk waktu kunjungan selama 14 hari. Maka route pesawatku diharuskan terbang melalui negara netral yaitu Swiss (melalui zurich atau Geneva). Untunglah sebelumnya pada bulan April 2007 aku sudah pernah mengunjungi Swiss jadi untuk memasukinya suatu hal yang mudah bagiku.

Jadilah aku berangkat pada Sabtu Malam jam 23.05 dengan maskapai langgananku Emirates. Yang menurutku sangat pas dengan kantong ‘orang sekelasku’ disamping aku cocok dengan menu makanannya dan selalu ada petunjuk waktu Sholat dan arah kiblat walau sedang terbang di angkasa. Penerbangan dari Jakarta menuju Dubai sangat lancar, demikian juga penerbangan Dubai ke Zurich.

Ketika aku transit di Zurich penerbanganku selanjutnya agak tersendat karena ‘kelangkaan’ armada pesawat dan cuaca buruk. Terpaksa aku menunggu sekitar lima jam lagi di bandara Zurich. Namun karena aku sudah mengenal bandara Zurich ini aku bisa santai jalan jalan di sekitar bandara sambil menunggu pesawat yang membawaku ke Oslo tiba, walau waktu sudah cukup malam mendekati jam 21.00 waktu Zurich. Akhirnya mendekati jam 22.00 pesawatku tiba dan segera kami diperintahkan boarding.

Nah kali aku menggunakan maskapai SAS (yang termasuk jaringan STAR alliances bersama Emirates, Luftansa dll) dengan penerbangan regional dengan pesawat jet cukup kecil yaitu sejenis Avro RJ 85 Blue-1 berpenumpang 80-an orang, namun hanya diisi oleh 25-an orang penumpang.
Kabin pesawat mini-jet ini tergolong lega dan mewah, tak seperti pesawat-pesawat yang pernah kutumpangi sebelumnya. Kursi kursi di kabin pesawatnya lebar dan bersalut kulit asli warna biru yang cukup tebal seperti kelas binis pesawat biasa. Di masing masing kursi tersedia koran harian Swiss dan majalah SCANORAMA. Bersamaku penumpangnya kebanyakan para eksekutif yang bekerja secara ‘commuter’, di Swiss namun tinggal di Oslo atau kawasan Skandinavia lain. Pelayanan di SAS Blue-1 regional flight ini adalah ‘service charge’, kita kena charge apabila membutuhkan makanan dan minuman ringan. Semua penumpang pesan kopi, softrink atau makanan ringan lain, aku merasa malu kalau ga pesan apa-apa.
Dalam 2,5 jam perjalanan ini aku cuma pesan Orange juice kotak seharga sekitar 8 Franc Swiss (sekitar Rp. 65 ribu). Wah mahal juga nih, pikirku. Tapi, lumayanlah yang penting segera sampai di Oslo. Diluar cabin pesawat, suasana langit mulai remang remang seperti magrib, matahari segera tenggelam sekitar pukul 22.30 waktu setempat.

Kamis, 04 Maret 2010

Farewell Montreux


Pada hari terakhir symposium aku memilih kabur, tidak mengikuti upacara penutupan sekaligus ‘farewell party-nya’. Aku memilih jalan-jalan sendirian sambil nyari ‘souvenir’ di sekitar kota Montreux. Aku mencari minimarket yang berjualan aneka barang. Biasanya harga barang disitu lebih murah dibanding toko khusus souvenir.
Di toko 'MIGROS' ini aku menemukan souvenir seperti topi, kaos, stiker, gantungan kunci.payung dan puluhan postcard. Yah…oleh oleh standar..untuk kelas bawah sepertiku. Nah aku pun membeli barang barang aneh yang jarang dibeli orang tropis yaitu peralatan indikator cuaca seperti barometer, hygrometer dan thermometer. Tak lupa aku membeli juga perbekalan baru seperti roti kering, instant noodle dan softdrink.

Ketika aku giliran membayar di kasir, mereka memandangiku dari ujung kaki sampai rambut dengan ‘aneh’ padahal kasir inipun saya yakin seorang immigrant dari kawasan Timur Tengah. Terlebih aku cuma bisa sedikit bahasa Perancis. Mungkin dipikirnya aku ga bisa bayar seluruh belanjaan, ah.biarlah. Segera kubayar seperti tertera di 'cashier machine'. Dan segera berlalu dari toko itu. Mercy..mercy..bye..!

Aku sudah tak peduli lagi dengan acara 'farewell party' dan acara santai sebagai penutupan Envisat Symposium mulai 23 s.d 27 April 2007 itu. Hari sudah menjelang petang sekitar pukul 19.30 waktu Montreux. Aku segera balik ke stasiun Montreux untuk mengejar jadwal kereta gunungku ke Glion-Rocherz de Naye. Kerna kalau telat aku terpaksa keluar biaya ekstra untuk bayar taksi..wah bisa jebol kantongku. Malam terakhir di Glion aku Cuma duduk duduk di teras sambil memandangi sunset diatas danau Geneva. Matahari di Glion tenggelam sekitar jam 22.00 lebih, sekitar pukul 23.00 waktu setempat baru suasana terasa gelap gulita. Esok pagi pagi aku harus segera meninggalkan Glion dan Montreux untuk menuju Zurich.

Topografi Swiss


Hanya dengan berkereta dari Zurich menuju Geneva kita segera melihat bahwa topografi Swiss didominasi oleh tiga type topografis: Pegunungan Alpen Swiss, plato Swiss atau "middleland", dan pegunungan Juran yang ada di sepanjang perbatasan barat laut Perancis. Pegunungan Alpen adalah area gunung tinggi yang berada menyeberangi daerah selatan-tengah dari negeri itu. Di antara puncak-puncak yang tinggi adalah gunung Alpen, yang tertinggi adalah gunung Dufourspitze yang tingginya 4,634 meter, diketemukan lembah yang tak terhitung banyaknya dengan banyak air terjun dan glasier. Dari sinilah sumber dari sungai-sungai utama Eropa seperti sugat Rhine, Rhone, Inn, Aare dan Ticino yang akhirnya mengalir masuk ke dalam danau-danau Swiss terbesar seperti Danau Geneva, Danau Zurich, Danau Neuchatel dan Danau Constance.
Gunung yang paling terkenal adalah gunung Matterhorn (tingginya 4,478 m) dalam Pegunungan Alpen Valais dan Pennine di perbatasan Italian. Gunung tertinggi, Gunung Dufourspitze (4,634 m) atau Monte Rosa letaknya berdekatan dengan Matterhorn. Bagian dari Alpen Bernese di atas glasier Lauterbrunnen yang dalam terdiri dari 72 air terjun yang dikenal dengan Jungfrau (4,158 m), Mönch, kumpulan puncak Eiger, dan banyak pemandangan lembah di wilayah ini. Di daerah tenggara, Lembah Engadin yang panjang memotong area Gunung St Moritz di kanton Graubunden, yang cukup dikenal sedangkan puncak tertinggi di sini alalah puncak Gunung Piz Bernina (setinggi 4,049 m).

Senin, 01 Maret 2010

Patung Freddy Mercury


Hari-hari terakhir menjelang penutupan symposium banyak waktu bersantai,Aku sempatkan jalan jalan berkeliling di sekitar danau Geneva. Disekitar danau Geneva banyak sekali patung seniman terkenal diantara adalah patung Freddy mercury seorang pentolan grup music Queen.
Cukup banyak turis yang menziarahinya dengan memberinya rangkaian bunga bunga. Freddie Mercury adalah vokalis grup musik rock Queen asal Britania Raya.Mercury lahir pada 5 September 1946, di Stone Town, Zanzibar (Sekarang termasuk wilayah Tanzania, Afrika Timur). Nama aslinya ialah Farrokh Bulsara. Kawan-kawannya menjulukinya "Freddie". Akhirnya keluarganya memanggilnya Freddie juga.
Ia terlahir dari keluarga keturunan Parsi India (Zoroastrian). Orang tuanya adalah seorang Diplomat yang selalu berpindah-pindah, hingga akhirnya menjadikan Zanzibar sebagai tempat kelahiran Freddie Mercury.
Menjelang remaja mereka hijrah ke Inggris dan akhirnya mereka menetap di sana. Dalam dunia musik internasional, nama Freddie Mercury adalah salah satu Legenda musik Rock. Karya-karyanya termasuk musik abadi yang dapat didengar segala usia.
Menurut May, Mercury musisi yang berbakat sekaligus eksentrik. Freddie menulis lagu dengan kunci-kunci yang aneh. Kebanyakan band rock memainkan kunci A atau E, dan bisa D atau G, lain dengan musik Freddie yang mempunyai struktur chord yang aneh dan susah dimainkan dengan gitar. Dia dilahirkan dengan bakat dalam bidang seni yang luar biasa, sehingga tak ada satupun grup musik yang bisa menyaingi lagu-lagu beliau.
Grup musik Queen yang beranggotakan Freddie Mercury, Brian May, John Deacon dan Roger Taylor, pernah dinobati oleh majalah Rolling Stone, sebagai satu-satunya grup musik rock yang seluruh anggotanya bergelar Sarjana.
Montreux adalah salah satu kota peristirahatan favorit Freddy mercury kalau dia ingin mencari ketenangan. Dia memiliki sebuah apartemen di Teritet persis di tepian danau Geneva.
Dia menghabiskan bulan bulan terakhir hidupnya di Montreux.
‘Bila kau ingin kedamaian dan ketenangan, datanglah ke kota Montreux’ itulah kata katanya terakhir pada saat akhir hayatnya.
Dia digerogoti oleh penyakit AIDS meninggal pada 24 November 1991. Gaya hidupnya yang selebor, suka pesta dan bebas rupanya telah membunuhnya. ‘Too much love will kill you’ demikian kata May teman segroupnya.