Minggu, 14 Maret 2010

Semalam di OSLO





Dalam perjalanan dari Zurich ke Oslo, sebenarnya dalam hatiku ada sedikit kekhawatiran atau lebih tepatnya ketakutan karena aku sampai di Oslo lewat tengah malam. Padahal aku belum pernah kesana dan aku tahu dari Wikipedia bahwa kota Oslo adalah salah satu kota dengan biaya hidup termahal didunia. Ketakutanku adalah cukupkah bekal ‘uang saku’-ku. Wah bisa bisa kartu kreditku jebol nih, pikirku.
Akhirnya pesawat SAS AVRO RJ 85 Blue-1 yang kutumpangi mendarat mulus di bandara Oslo lewat tengah malam waktu setempat. Hari sudah mulai gelap gulita. Pemeriksaan imigrasi dan pabean Norway tergolong sangat ketat. Bisa bisa aku dideportasi kalau tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan tegas dan menyakinkan. Mereka mengurus sampai masalah pekerjaan dan siapa yang ditemui di Norway dan berapa bekal uang yang dibawa dll. Alhamdulillah, akhirnya semuanya beres.
Kecemasanku agak terobati karena ternyata dijemput oleh orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Oslo. Menurutnya aku sudah dibookingkan hotel Thon di pinggiran kota Oslo.
Dengan mengendarai VW Caravelle coklat aku diantar menuju hotel sambil mengobrol kesana kemari dengan pak Seno demikian dia biasa dipanggil. Pak Seno adalah warga negara Indonesia asli yang sudah 18 tahun tinggal di Oslo, jadi dia paham betul seluk beluk kota tua ini.
Karena posisi hotelku agak dipinggiran kota maka kami bisa berkeliling kota Oslo sambil melihat lihat suasana malam di kota ini. Melewati jalan jalan utama Karl johan dan melewati Oslo katederal dll. Suasana jalanan sudah mulai sepi karena hari sudah sangat larut.
Ketika kami melewati kawasan pertokoan dan perhotelan aku melihat ada beberapa wanita kulit hitam berjalan mondar mandir, aku bertanya ke pak Seno.
‘Pak, orang orang itu sedang menunggu taksi atau apa sih’ kok saya lihat mereka cuma berjalan mondar mandir! Apa mereka tidak kedinginan diluar sana’. Hari sudah sangat larut dan suhu diluar sangat dingin buatku mungkin mencapai dibawah 10 derajad Celsius.
‘Wah sampean ini, ga tau atau pura pura ga tau mas’,
‘Bener pak, aku ga ngerti..pak’
‘Wanita yang berjalan mondar mandir itu ..adalah kupu kupu malam’ ngerti mas’ kata pak Seno menjelaskan sambil matanya berkedip kedip kepadaku.
‘Oooo… begitu…pak’ ‘.
Lha apa itu berarti orang orang disini sudah bosan dengan’ wanita blonde.
.kok di jalan itu banyak yang kulit hitamnya.”
‘ha ha ha’..…’sampean cerdas juga ternyata mas’
kata pak Seno sambil tertawa…mendengar ulasanku.
.”wah bener juga ya mas’
‘Memang menusia itu aneh, ..mungkin mereka sudah bosan dengan yang biasanya jadi cari yang sedikit berbeda dan berwarna lain..’ celetuk pak Seno.
Ha ha ha…sepanjang jalan menuju hotelku kami banyak ketawanya membahas masalah-masalah itu.
Sekitar pukul 01.30 dini hari aku sampai di hotel Thon dan segera check in. Kemudian pak Seno segera pamit pulang ke rumahnya.
Di kamar aku segera Sholat Jama’ Takhir Magrib dan Isyak. Kemudian aku berbaring di tempat tidur, namun mataku tak bisa dipejamkan. Sebenarnya kamar hotel ini cukup mewah, ada bed yang cukup besar, ada TV kabel, jaringan LAN dan internet..dan segala perlengkapannya, bahkan ada sofanya. Namun semua itu tidak menarik lagi buatku.
Aku segera membuka buka laptop mempersiapkan kalau kalau besok diminta presentasi. Sekitar pukul 03 lebih dinihari barulah aku tertidur.
Pukul 06.00 pagi aku sudah bersiap dan rapi dan segera turun sarapan sekaligus check out dari hotel ini.
Menu sarapan pagi ini adalah rotie tawar plus selai strawberry dan sosis ayam serta telur rebus dan dua gelas orange juice. Kebiasaanku waktu kuliah adalah mengantongi beberapa butir telur dan buah untuk bekal, namun kali ini aku tak melakukannya. Malu..!.Karena saat ini aku sudah bukan mahasiswa lagi.
Selesei sarapan aku segera menyeleseikan tagihan..kamar.
Wha..! Mahal juga pikirku, untuk istirahat cuma lima jam aku harus membayar 250 USD atau sekitar dua juta tiga ratus ribu rupiah.
Kalau tadi aku nginap di rumah pak Seno pasti bisa hemat nih pikirku.
Ah. Sudahlah sekarang bukan mahasiswa lagi kayak dulu semua mintanya gratis.
Sekitar jam 07.15 pak Seno sudah menjemputku, namun kali ini dia berganti mobil sebuah Minivan Marcedes Benz Viano hitam metalik dengan plat diplomatik ‘Karena kita hendak bertamu dan mewakili Negara’ kata pak Seno. ‘Wah keren juga nih jadi diplomat sehari’ pikirku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar