Salah satu inspirasi kenapa aku ‘cinta’ pada negara Norway adalah petualangan Ahmad Ibnu Fadlan (diperankan Antonio Banderas)pada abad ke 9 Masehi dimana masa itu merupakan masa kejayaan kerajaan Bani Umayyah dalam film ‘The 13th Warrior’-Kesatria ke-13’. karya sutradara terkenal John McTiernan. Film ini sebenarnya diangkat dari novel terjemahan tulisan kisah Ibn Fadlan oleh Micahel Chrichton yang berjudul ’Easters of the Dead’.
Kisah 'The 13th Warrior' dimulai dengan cerita tentang seorang seorang penyair dan bangsawan kekalifahan Arab di Baghdad pada 922 Masehi, yakni Ahmed Ibn Fadlan Ibn Al Abbas Ibn Rashid Ibn Hamad atau dikenal dengan nama singkatnya Ibn Fadlan menghadapi masalah dengan Kalifah. Rupanya Ibn Fadlan melakukan perbuatan terlarang yakni jatuh cinta kepada Shaharazhad istri Khalifah (diperankan oleh Ghoncheh Tazmini). Untuk menghindari hukuman mati, maka Ibn Fadlan bersedia menuruti saran tutor yang juga pengasuhnya, Melchisidek (Omar Sharrif) agar menjadi duta besar untuk bangsa Viking di wilayah utara.
Sebenarnya pengangkatan duta besar ke wilayah utara sebenarnya merupakan upaya ‘pembuangan’ atau ‘hukuman berat’ sebab di wilayah tersebut banyak bahaya yang sewaktu-waktu dapat mencabut nyawanya. Namun Ibn Fadlan menganggap kesempatan selamat di utara lebih baik daripada tinggal menghadapi hukuman pancung kepala di hadapan khalayak di Baghdad
Di wilayah utara, Ibn Fadlan dalam jurnalnya menceritakan bahwa kawasan ini dihuni oleh monster laut dan ‘iblis’ raksasa hutan jahat.
Ibn Fadlan terkejut melihat budaya bangsa Viking yang dianggapnya barbar, kasar dan tidak mengenal kebersihan. Walau awalnya ia ngeri melihat kebiasaan bangsa Viking, namun ia juga kagum dengan sikap setia kawan, ksatria dan kegagahan bangsa Viking yang tidak kenal takut dalam menghadapi musuh. Ia juga dapat bersahabat dengan pejuang Viking, Buliwyf (Vladimir Kulich) dan kelompoknya.
Pada saat itu, kerajaan bangsa Viking sedang mengalami masa sulit karena musuh bangsa tersebut yang sebelumnya hanya dikenal dari cerita yang dituturkan secara turun temurun, ternyata kembali mengancam mereka. Suku misterius menurut legenda sangat kuat dan juga adalah kanibal yang doyan memakan daging orang mati yang dikenal sebagai ‘wendol’.
Wendol ini diyakini sebagai sisa-sisa manusia gua Neanderthal yang pernah menguasai bumi pada jaman dahulu.
Menurut legenda itu juga, untuk menghadapi suku yang mengerikan itu, harus ada 13 pejuang untuk menghadapinya. 12 pejuang Viking telah terpilih termasuk Buliwyf, namun pejuang ke-13 harus bukan orang utara. Maka Ibn Fadlan pun harus mengisi posisi pejuang ke-13, padahal ia hanyalah penyair yang tidak biasa memegang senjata atau melihat darah. Akhirnya Ibn Fadlan membuat sendiri pedang ‘Arab’nya dari pedang ‘Viking’ yang sangat besar dan berat. Dengan bantuan ‘Empu Senjata’ bangsa Viking terciptalah pedang kecil melengkung khas pedang ‘Arab’ yang fleksibel dan lincah dimainkan.
Ibn Fadlan harus menjadi pejuang ke-13 yang bahu membahu dengan 12 pejuang lainnya dalam menghadapi suku bangsa ‘Wendol’ yang sangat buas dan mengerikan itu !
Kecerdasan dan luasnya pengetahuan Ibn Fadlan menolongnya untuk beradaptasi di negeri para Viking..bahkan dia banyak memberi inspirasi bagi kejayaan bangsa Viking menghadapi musuhnya. Hal itu menunjukkan bahwa peradaban dan ilmu pngetahuan bangsa Ibn Fadlan (Arab dan Persia) sangat maju dan menjadi mercusuar dunia pada abad ke 9 itu.
Dalam film itu dikisahkan juga taktik ‘intai dan serbu’ yang dilakukan bangsa Viking dan Ibn Fadlan kedalam gua gua tempat tinggal kaum ‘Wendol’ yang menyaru menjadi manusia setengah beruang.
Menurut kesaksian serta petualanganku ke Norway, banyak gua-gua itu masih ada dan dibangun dengan pertahanan yang sangat kuat untuk kepentingan militer dengan penjagaan ekstra ketat dan berlapis lapis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar