Selasa, 16 Februari 2010

Berkelahi di Geneva


Setelah check in di hotel Warwick dekat stasiun kereta Geneva, dan menaruh semua barang barang di kamar ! Kami segera keluar sebentar melihat suasana malam sambil mencari makan malam di sekitar stasiun kereta Geneva.
Tak jauh dari stasiun kereta Geneva, ada beberapa orang duduk duduk sambil merokok, kami mendekati mereka bermaksud bertanya. Suhu malam itu terasa sangat dingin bagi kami pendatang dari ’tropis’ ini. Suhu sekitar 12 derajad celsius membuatku agak menggigil. Kawanku segera mengeluarkan cigaretee
‘Smoking Sir,’ seorang negro menawarkan api kepada rekanku, namun tangan satunya bergerilya berusaha meraih dompet dari balik jaket kawanku.
‘Eeeeeiiiiit…you’re pickpoket’ .
Dengan reflek cepat kawanku menyikut dada penjambret itu dengan keras, ’Dueeeegg’, pria negro itu jatuh hingga terjengkang.
Sejurus kemudian pria di dekatnya mengeluarkan pisau lipat Swiss, namun belum sempat beraksi , dengan sigap dan sangat cepat kawanku segera menendang perutnya : ‘deeesss’ dia terjatuh sambil meringis memegangi perutnya..
‘Somebody… call the police’ aku berteriak berusaha menarik perhatian orang-orang di dekat kawasan itu.Namun tak ada tanggapan..ternyata orang orang di sekeliling itu mungkin termasuk komplotan ’penjembret Geneva’. Mereka segera kabur dan bubar, 2 diantaranya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya dan dadanya.
Rupanya malam itu mereka telah salah sasaran dan kena batunya karena korbannya adalah ‘orang asing’ anggota ‘coast guard Indonesia’- yang biasanya anggota marinir TNI AL atau polisi senior jago bela diri.
Kota Geneva memang terkenal sebagai kota internasional multikultural sejak lama. Semua bangsa dan warna kulit ada di kota ini. Tapi banyaknya para imigran yang multiras mendatangkan masalah tersendiri bagi suatu negara. Tidak di Eropa, Amerika atau Asia, banyak imigran Afrika yang sering menimbulkan masalah di negeri orang baik itu terkait narkotika, pemalsuan uang dan tindak kriminal antar negara lainnya.
Akhirnya kami membatalkan cari makan malam diluar, karena sudah sangat larut dan semakin dingin. Kami menghindari kemungkinan komplotan ’penjambret Geneva’ itu mengeroyok kami dengan jumlah yang lebih besar.
Kami balik ke hotel dan makan roti ‘ bekal’ dan mie gelas plus telur asin yang dibawain istri saya. Kebiasaanku yang selalu saya bawa bekal kalau pergi keluar negeri ! Ternyata bekal itu menyelamatkan kami dari kelaparan di Geneva malam itu.

3 komentar:

  1. sip,,,,sip,,,,,artikel menarik...Oh ya jika bung Rudy pingin blognya tampil lebih keren browsing aja template di google...free koq..selamat mencoba dan berkarya

    BalasHapus
  2. tak kira nek awakmu sing tukaran Rud..
    btw, gawat juga, ning negoro ne wong tukaran, untunge sasarane jagoan, dadine sik slamet..

    BalasHapus
  3. Thanks pak Panji ..
    Thanks Bayu .., as in other cities
    we met the mother of here mother mugged / robbed them all out .. duit jewelry and even passports ...! Europe was already a lot of immigrants so ga safe again, which is still safe is northern Europe such as Norway. Kerna negrinya too cold then the immigrants wrote home often there .....!

    BalasHapus