Rabu, 10 Februari 2010

Pengolah Emisi CO2


Jakarta, 6 Mei 2009 Pabrik pemurnian emisi CO2 pertama dan
terbesar di Indonesia secara resmi dimulai produksinya, Rabu (6/4). Peresmian pabrik dilakukan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, yang
dilanjutkan dengan Seminar Nasional "Implementasi Pengurangan Emisi Karbondioksida Sebagai Upaya
Mitigasi Global Warming".

Pabrik bernama PT RMI Krakatau Karbonindo yang berlokasi di Cilegon ini, berhasil melakukan `capturing'
dan `refinering' emisi CO2 dari limbah buang PT Krakatau Steel. Teknologi yang digunakan berasal dari
Union Engineering-Denmark. "Pendirian pabrik ini merupakan realisasi seminar United Nations
Framework for Climate Change Conference (UNFCCC) di Bali tahun 2007 dan Kyoto Protocol," ujar Dirut PT
RMI Krakatau Karbonindo, Rohmad Hadiwijoyo.

Rohmad yang juga Direktur Eksekutif CIDES ini menjelaskan, sejak beberapa tahun lalu CIDES melalui
perusahaan binaannya, PT RMI Krakatau Karbonindo, berinisiatif melakukan penerapan teknologi carbon
capture. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya nyata mitigasi global warming. "Sejak beroperasi
pertengahan April 2009, PT RMI Krakatau Karbonindo berhasil melakukan pemurnian emisi CO2 sebesar 3
ton/jam atau 72 ton/hari. Kapasitas produksi dapat ditingkatkan lagi hingga 18 ton/jam, disesuaikan
dengan bahan baku yang tersedia dan perkembangan konsumsi CO2 murni di Indonesia," papar Rohmad.

Industri pemurnian CO2 tidak saja memberi kontribusi pada penyelamatan lingkungan, namun dari segi
ekonomi memiliki daya jual yang sangat tinggi. Produk akhir pabrik berupa CO2 murni standard food grade
ini sangat diperlukan oleh berbagai jenis industri. Dalam industri makanan dan minuman, misalnya. CO2
murni digunakan untuk pembuatan minuman berkarbonasi, pengawetan makanan serta perikanan dengan dry
ice, pemutihan gula, pembuatan rokok dan masih banyak lagi. CO2 murni ini juga bisa digunakan dalam
industri manufacture pengelasan, pemutihan kertas, fumigasi pada sektor pertanian ataupun serta
secondary oil recovery.

Saat ini kebutuhan CO2 murni di Indonesia mencapai 250 ton perhari. Hanya saja, C02 murni yang dihasilkan
masih menggunakan bahan baku dari minyak bumi, sehingga harga jual CO2 murni menjadi mahal. "Berbeda
dengan CO2 murni yang dihasilkan PT Krakatau Karbonindo. Selain, bahan baku diambil dari limbah emisi
CO2 yang bila tidak diolah akan mengakibatkan pencemaran, harga yang ditawarkan pun menjadi jauh lebih
murah," kata kandidat Doktor Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang ini.

Terbukti, banyak perusahaan yang berminat membeli produk CO2 murni produksi PT RMI Krakatau Karbonindo.
Saat ini PT RMI Krakatau Karbonindo telah menandatangi kontrak pemasaran dengan PT Iwatani Industries
Jepang, Perusahaan minuman berkarbonasi, serta PT Molindo Inti Gas. "Beberapa perusahaan lain juga
telah memesan CO2 murni kepada kami. Namun, karena produksi sudah habis terjual, maka kami tidak belum
bisa memenuhi pesanan mereka," tambah Rohmad. Diharapkan dengan pembangunan pabrik kedua dan ketiga
yang segera dilakukan mulai tahun depan, tingginya kebutuhan CO2 murni di Indonesia bisa segera terpenuhi.

Untuk lebih mendukung upaya pengolahan limbah CO2, PT RMI Krakatau Karbonindo juga melakukan
penandatanganan nota memorandum of understanding (MoU) assesment dan pengembangan potensi Clean
Development Mechanism (CDM) di Indonesia dengan Eco-Securities. Clean development mechanism
bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk memperlambat pemanasan global.

Berdasarkan data Eco-Securities, baru beberapa proyek dari sejumlah industri nasional yang terdaftar
dan dalam proses sertifikasi (Certified of Emission Reduction/CER) dari Executive Board Lembaga CDM di
Uni Eropa. Industri yang melakukan sertifikasi akan mendapatkan keuntungan berupa kompensasi sebesar
5 -10 dolar AS dari pengurangan CO2 setiap tonnya. "Sesuai Kyoto Protocol bahwa setiap upaya negara
berkembang untuk mereduksi gas rumah kaca akan mendapat kompensasi dana dari negara maju yang membeli
sertifikat CER," imbuh Dirut RMI Group ini.

Keberhasilan PT RMI Krakatau Karbonindo sebagai pioneer pemurnian gas CO2 merupakan contoh sukses bagi
industri nasional ditengah kelesuan ekonomi dunia saat ini. Melihat keberhasilan itu Copenhagen
Climate Council mengundang Rohmad Hadiwijoyo sebagai peserta kehormatan dalam World Business Summit
on Climate Change : Shaping the Sustainable Economy di Kopenhagen 24-26 Mei 2009 serta dinominasikan
menjadi best pratices mitigasi Global Warming dari Indonesia dalam forum COP UNFCCC-Convention of
Parties United Nations Framework for Climate Change Conference di Kopenhagen Denmark December 2009.

Sekilas PT RMI
PT Resources Jaya Teknik Management Indonesia (PT RMI) merupakan salah satu industri perminyakan yang
berdiri pada tahun 1970. PT RMI merupakan perusahaan dengan bisnis utama di industri perminyakan,
seperti jasa konstruksi, pemeliharaan fasilitas produksi minyak dan gas, pengeboran panas bumi, serta
energi ramah lingkungan. Saat ini RMI memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu:
• PT Daya Alam Tehnik Inti (DATI) dan PT Roda Drilling Nusantara (RDN) yang bergerak dalam bidang pengeboran.
• PT Parwa Nusantara Technology dengan bisnis utamanya informasi tehnologi dan perhotelan.
• PT RMI Krakatau Karbonindo yang bergerak dalam bidang pemurnian Karbondioksida (CO2).
Pada industri perminyakan dan pengolahan tenaga panas bumi (geothermal), PT RMI telah sukses menangani
lebih dari 100 proyek. Sebagian besar proyek tersebut berlangsung di tempat yang sulit dijangkau dan
terpencil. Jalur logistik yang ada pun sukar ditempuh. Pegunungan tinggi, rawa dan kondisi iklim yang
ekstrim merupakan hal yang lazim dihadapi. Selama kurun waktu 1973-2000, PT RMI telah mempekerjakan
4.000 hingga 14.000 tenaga kerja Indonesia dan mengoperasikan lebih dari 100 macam peralatan kontruksi
dalam proyek-proyeknya. Beberapa proyek di industri perminyakan dan geothermal yang sukses ditangani
PT RMI diantaranya proyek dari Caltex, Pertamina, Karaha Bodas Company, Amoseas Indonesia Inc,
Petromer Trend Corporation, Atlantic Richfield Indonesia Inc, Chevron (Texmaco), Unocal, Exxon
Mobile, Arco Conoco, Gulf, Philips serta Total and Petromer Trend.
Sejumlah proyek lain yang dikerjakan diantaranya, servis enginering dan perawatan untuk PT Petrokimia
Nusantara Interindo Polyethene plant di Cilegon, servis perawatan lahan untuk lahan minyak Santa Fe
Energy Reaources Jabug, pengawasan operasi anjungan lepas pantai Kodeco di selat madura dan perawatan
alat berat di empat lokasi tambang utama PT Trakindo Utama di seluruh Indonesia. Visi dan misi PT RMI saat
ini adalah mewujudkan industri ramah lingkungan melalui renewable energy dan clean energy. Renewable
energy diwujudkan dengan pengeboran panas bumi untuk pembangkit listrik, di Lumut Bale (Sumatera
Selatan), Kemojang (Jawa Barat), Lahendong (Sulawesi Utara) serta Tampomas (Jawa Barat). Sementara,
clean energy diwujudkan dengan pengoperasian pabrik pengolahan emisi CO2 di Cilegon, Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar