Blog ini berisi artikel,wawancara, laporan perjalanan dan aneka pengalaman di berbagai bidang dan wilayah!
Rabu, 03 Februari 2010
KM Bukit Raya
KM BUKIT RAYA
Proyek riset South China Sea Carbon Cycle menuntut pengambilan sampel di sekitar laut China Selatan yang berada di wilayah perairan Indonesia. Karena Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan- PKSPL IPB tidak memiliki ‘kapal riset’ maka sampling plankton dilakukan dengan kapal umum. Terpaksa kami ‘hunting’ di kantor PELNI mencari kapal besar yang memiliki route yang mendekati atau mengelilingi tepian Laut China Selatan. Akhirnya kami menemukan sebuah kapal besar KM Bukit Raya yang memiliki route dari Jakarta (Tanjung Priok) sampai Surabaya (Tanjung Perak) melewati pulau Bangka (Belinyu), Pelabuhan Kijang di Pulau Bintan kemudian Pulau Terempa, Pulau Matak dan pelabuhan Natuna di palau Natuna Besar. Dilanjutkan kepulauan Tujuh yaitu pulau Seresan, pulau Subi dan pulau Midai sampai pantai barat Kalimantan dan berhenti di pelabuhan Pontianak. Kemudian dari Pontianak akan kembali ke Jawa menuju Surabaya (pelabuhan Tanjung Perak).
Akhitnya team peneliti bersepakat membagi tugas pengambilan sampel di perairan sekitar Laut China Selatan dimulai dari titik sampling di pelabuhan Kijang pulau Bintan sampai titik akhir di pelabuhan Pontianak di Kalimantan Barat.
Apabila dihitung seluruh perjalanan di KM Bukit Raya dari Jakarta menuju Surabaya ditempuh selama sekitar 8 hari perjalanan dengan menempuh hampir 5,000 mile jauhnya. Sebagai coordinator peneliti aku harus memastikan route dengan mengikuti seluruh route tsb dari Jakarta sampai Surabaya. Di kapal KM Bukit Raya ‘Team Peneliti Laut China Selatan’ berbaur dengan masyarakat dengan beragam latar belakang mulai dari seorang marinir yang berangkat bertugas menjaga perbatasan, pejabat daerah, pedagang, dokter daerah terpencil, mahasiswa dan beberapa orang yang tak jelas bakgroundnya.
Untuk menjaga ‘keselamatan sampel’ kami terpaksa menyewa sebuah kamar di KM Bukit Raya sebagai ‘laboratorium sementara’ dengan biaya sewa mencapai 8 juta rupiah untuk menghindari ’kontaminasi’ dari tangan tangan usil penumpang kapal.
Sampel plankton diambil dari laut dengan ember plastik yang diikatkan dengan tali plastik sangat panjang mencapai 50 meter. Setiap jarak tertentu sekitar sejam perjalanan kapal. Kami melempar ember kelaut untuk ’menimba’ plankton Laut China Selatan. Masih terbayang bagaimana rasanya kami harus keluar malam malam dari kamal ’kelas 2’ KM Bukit Raya pada waktu tertentu menuju buritan atau sisi badan kapal.Cuaca dingin dan gelap malam disertai terpaan angin laut yang ganas membuat hati sedikit miris. Bagiamana bila kami tercebur kelaut Pasti deh kami langsung hilang..tak berbekas ditelan Laut China Selatan.
Untunglah kami selelu mengambil sampel plankton setidaknya berduaan. Menimba air laut seember dalam kondisi kapal melaju dengan kecepatan sekitar 12 knots ..sangat terasa beratnya!..Wuih..telapak tangan kami. (Saya, pak R.F.Kaswadji,Ph.D., Ir.Roni fitrianto dan Ir.Iman)sampai lecet lecet dan rasanya perih sekali. Aktivitas sampling ini harus diulang setiap jam perjalanan kapal sampai kira kira kami sudah mendapatkan jumlah sampel yang cukup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar